Jumat, 10 Mei 2013

REPRODUKSI DAN PERKEMBANGAN EMBRIO



LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN  II
REPRODUKSI DAN PERKEMBANGAN EMBRIO

Dosen Pembimbing:
Dr. drh. Bayyinatul Muchtaromah, M. Si
Kholifah Kholil, M. Si

Oleh :
Izzatul muhimmah
(10620111)








JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) MALANG
2011

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kita ketahui bahwa semua hewan berasal dari sel telur yang bertemu dengan sel sperma, yang kemudian melebur menjadi zigot, kemudian berubah menjadi embrio dengan berbagai tahapan-tahapannya. Pada fase embrio ini lah sedikit-demi sedikit hewan  mulai berkembang menjadi sempurna. Sehingga akan terbentuk individu baru yang seperti induknya (seperti spesiesnya).
Masuknya spermatozoa kedalam ovum disebut pembuahan, setelah spermatozoa masuk, ovum jadi berhasil (fruitful), tumbuh jadi induknya yangdisebut zigot. Perkataan itu berarti berpasangan atau berhubungan. Masing-masing gamet menganduung 1n kromosom, disebut haploid, setalah terjadi pembuahan zigot terdiri dari sel yang 2n atau diploid. Zigot pun mengalami  pertumbuhan embriologis (Yatim, 1995).
Sebagaimana dengan siklus reproduksi yang meliputi pubertas,masa birahi,masak kelamin, fertilisasi, kebuntingan dan kelahiran. Setelah bersatunya sebuah spermatozoa dengan sebuah ovum dalam tuba fallopi. Setelah inti sel spermatozoa bersatu dengan inti sel ovum, maka terjadilah sel baru yang bersifat diploid. Sel ini disebut gamet atau sel=konseptus, gamet yang telah membelah membagi dua atau lebih = embrio. Konseptus atau sering disebut embrio (Partodjiharjo, 1992).
Perkembangan fetus bukanlah sesederhana yang pernah kita bayangkan, akan tetapi pembentukan dan perkembangan embrio membutuhkan perjalanan yang panjang, oleh karena itu kami melakukan praktikum ini, agar mengerti tahap-tahap perkembangan embrio baik secara teori maupun pengamatan praktikum.

1.2  Rumusan masalah
  1. Bagaimana cara mengawinkan dan memelihara kelinci?
  2. Bagaimana perkembangan embrio kelinci secara morfologi selama periode kehamilan?

1.3  Tujuan
  1. Untuk mengetahui apa saja tahapan-tahapan perkembangan embriolgi marmot.
  2. Mengetahui fungsi plasenta pada embriologi.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1  Masa Kawin

Masa kawin merupakan suatu musim dalam satu tahun dimana kelinci betina menampakan suatu aktifitas perkawinan. Dalam periode satu musim kelinci betina jenis tertentu, baik yang telah dewasa maupun baru mencapai puberitas, memperlihatkan gejala birahi. Penjantan-pejantanya dengan semangat malakukan kehendak ini (nafsu birahi). Bagi hewan betina yang beruntung mendapat bibit pada musim kawin yang baru lampau, menjadi bunting, sedangkan mereka yang kurang beruntung, tidak mendapatkan aktivitas kawin. Saat seperti ini disebut diam kawin. kelinci mencapai dewasa kelamin 6 minggu (Nalbanduf, 1990).

2.2  Masa Kebuntingan

Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari. Kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci betina 12-14 hari setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke kandang beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari dengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor (Yunus, 1990).
Periode gestasi (masa bunting) kelinci sekitar 31 atau 32 hari masa kebuntingan paling cepat 29 hari, paling lambat 35 hari, tetapi 98% kebuntingan normal antara 30-33 hari kelinci betina dapat melahirkan 1-12 anak kelinci tiap kelahiran, dan dapat kembali bunting setelah beberapa hari melahirkan, tetapi tidak baik membiarkan kelinci kembali bunting langsung setelah melahirkan,sebaiknya menunggu anak-anak kelincinya berumur 4 minggu, jadi anak-anak kelinci tersebut sudah berumur 8 minggu ketika kelahiran berikutnya terjadi.. dengan cara ini kelinci betina dapat melahirkan 6x dalam setahun (Anonymous, 2009).
Kelinci birahi biasanya sering gesek-gesekin lehernya kekandang,atau dengan melihat kelamaminnya kalo merah dan basah kelinci tersebut birahi dan siap untuk  dikawinkan  (Anonymous, 2009).
Tipe pembelahan telur kelinci adalah holoblastik. Segmentasi pertama terjadi di dalam ampula oviduck, sekitar 24 jam setelah fertilisasi, pembelahan selanjutnya selama 2-3 hari. Morula yang terdiri 16 sel terbentuk 2,5 hari setelah fertilisasi, pada hari kehamilan ke-3 morula terun dalam uterus. Blastulasi dimulai didalam uterus, ketika morula sudah terdiri dari 23-64 sel terbentuk. Pada hari kehamilan ke:4,5 blastokista mulai berimplantasi dalam endometrium uterus. Implantasi telah lengkap pada hari ke-6. segera setelah implantasi, embrio memasukki tahap grastulasi, neurulasi dan organogenesis. Segala kebutuhan embrio untuk perkembangannya diperoleh dari induk, melalui organ ekstra embrio yang disebut plasenta dimulai pada hari kebuntingan ke 8,5 (Muchtarromah, 2009).

2.3  Tahapan-tahapan Proses Perkembangan Embrio

Tahap-tahap perkembangan individu baru dimulai dari gametogenesis, yaitu dengan terbentuknya empat sperma pada jantan dan satu ovum pada betina. Gametogenesis terjadi pada individu dewasa, yang kemudian dilanjutkan dengan adanya fertilisasi yaitu penggabungan antara material sperma dan material ovum (Villee, 1988).
Setelah terjadinya fertilisasi, yaitu ditandai adanya kehamilan. Selama periode kehamilan akan terjadi proses perkembangan embrio yang diawali dengan proses pembelahan, diferensiasi, perpindahan dan organogenesis. Pada mamalia pembelahan terjadi secara holoblastis. Pembelahan pertama akan melalui bidang latitudinal yang terletak dibagian atas bidang ekuator. Pembelahan kedua melalui bidang meridional, tetapi hanya pada blastomer kutub vegetal. Kemudian diikuti dengan pembelahan blastomer di kutub animal, sehingga terbentuk 4 blastomer. Pembelahan ketiga terjadi pada blastomer di kutub vegetal secara tidak serentak. Kemudian diikuti dengan pembelahan blastomer di kutub animal yang juga terjadi secara tidak bersamaan. Di akhir pembelahan ketiga akan terbentuk 8 balstomer (Yatim, 1984).
Proses pembuahan (fertilisasi) memiliki tahapan-tahapan, sehingga dari spermatozoa dapat membuahi sel ovum. Setelah terjadinya fertilisasi akan ada tahapan-tahapan lain sehingga akan menghasilkan suatu embrio (Marjono, 1992).
Setelah inti sel spermatozoa bersatu dengan inti sel ovum, maka terjadilah sel baru yang bersifat diploid. Sel ini disebut (gamet satu sel = konseptus, gamet yang telah membelah menjadi 2 sel atau lebih = embrio). Pertumbuhan embrio yang dimulai dengan pembelahan diri dari 1 menjadi 2 sel dan seterusnya tidak merubah besarnya seluruh embrio, sebab pembelahan dan pertumbuhan ini terjadi dalam zona pellucida, dan sel-sel yang terbentuk makin lama makin kecil  (Partodiharjo, 1992).
Zigot mulai menjalani pembelahan awal mitosis sampai beberapa kali. Sel-sel yang dihasilkan dari setiap pembelahan berukuran lebih kecil dari ukuran induknya, disebut blastomer. Sesudah 3-4 kali pembelahan, zigot memasuki tingkat 16 sel, disebut stadium morula (kira-kira pada hari ke-3 sampai ke-4 pascafertilisasi). Morula terdiri dari inner cell mass (kumpulan sel-sel di sebelah dalam, yang akan tumbuh menjadi jaringan-jaringan embrio sampai janin) dan outer cell mass (lapisan sel di sebelah luar, yang akan tumbuh menjadi trofoblas sampai plasenta) (Marjono, 1992).
Kira-kira pada hari ke-5 sampai ke-6, di rongga sela-sela inner cell mass merembes cairan menembus zona pellucida, membentuk ruang antar sel. Ruang antar sel ini kemudian bersatu dan memenuhi sebagian besar massa zigot membentuk rongga blastokista. Inner cell mass tetap berkumpul di salah satu sisi, tetap berbatasan dengan lapisan sel luar.  Pada stadium ini zigot disebut berada dalam stadium blastula atau pembentukan blastokista. Inner cell mass kemudian disebut sebagai embrioblas, dan outer cell mass kemudian disebut sebagai trofoblas (Marjono, 1992).


 





Gambar 2.1 Tahap perkembangan embrio
(Marjono, 1992)

Menurut Ngatidjan (1991), perkembangan embrio mamalia dapat dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu tahap praimplantasi, tahap organogenesis dan tahap fetogenesis. Dari segi toksikologi perkembagan ketiganya mempunyai kepekaan yang berbeda-beda.

2.3.1  Tahapan Praimplantasi

Tahap praimplantasi dimulai dari fertilisasi, pembelahan awal (cleavage), blastulasi hingga gastrulasi awal. Karena pada tahap ini diferensiasi sel belum berlanjut, apabila satu atau sekelompok sel rusak oleh gangguan agensia toksis masih memungkinkan bagi sel-sel sehat di sekitarnya membelah dan menggantikan posisi dan peran sel rusak tadi. Dengan demikian embrio pulih dan perkembangan dapat berlanjut tanpa ada efek gangguan yang menetap. Sebaliknya apabila embrio tidak dapat mentoleransi kerusakan itu maka embrio tidak dapat melanjutkan perkembangannya dan mati. Maka dari itu efek gangguan agensia toksis pada embrio pada tahap praimplantasi tidak akan menyebabkan kelainan perkembangan (Ngatidjan, 1991).

2.3.2  Tahap organogenesis

Berbeda dengan itu, apabila efek suatu agensia toksis menimpa embrio pada tahap organogenesis, yaitu ketika pembentukan organ-organ sedang giat-giatnya berlangsung, jadi perkembangan organ dapat terganggu dan mungkin akan terjadi kecacatan ketika waktu akan lahir (Ngatidjan, 1991).

2.3.3  Tahap fetogenesis

Apabila efek agensia toksis menimpa embrio ketika sebagian besar organ-organ telah terbentuk (pada tahap ini embrio disebut fetus atau fetogenesis) dan fetus tinggal melanjutkan pertumbuhan organ-organ itu, maka manifestasi gangguan seperti ini jarang terjadi adanya kecacatan melainkan berupa hambatan pertubuhan dan gangguan fungsi. Dengan demikian terdapat 4 kelompok wujud gangguan perkembangan embrio, yaitu kematian, kecacatan, hambatan pertumbuhan dan gangguan fungsi (Ngatidjan, 1991).



BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1  Waktu Dan Tempat
Praktikum struktur perkembangan hewan II  tentang reproduksi dan perkembangan embrio pada hewan vertebrata ini dilakukan pada hari kamis tanggal 04 Juni 2009 di laboratorium biologi Dasar B Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, pada pukul 13.00-16.30 WIB.

3.2  Alat Dan Bahan
3.2.1        Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
1.      Papan  seksi
2.      Seperangkat alat bedah sederhana       I pasang
3.      Pinset                                                    1 buah
4.      Jarum pentul                                         10 buah
5.      Kaca pembesar                                     1 buah

3.2.2        Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum perkembangan embriologi ini adalah:
1.      Embrio kambing                                   1 ekor
2.      Kelinci yang bunting                            1 ekor

3.3  Langkah Kerja
1        Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu diatas meja praktikum
2        Disembelih kelinci terlebih dahulu sebelum dilakukan pembedahan
3        Dicuci bekas darah dengan menggunakan aquades
4        Dilakukan pembedahan dimulai dari arah ventral posterior kearah anterior,
5        Ditentukan jenis  kelamin kambing dan kelinci
6        Dibedah tanduk uterus mencit dan kambing kemudian mengamati posisi embrio dalam uterus, panjang atau ukuran embrio, cirri-ciri morfologi embrio, keadaan plasenta, keadaan selaput amniom
7        Digambar hasil pengamatan.

4.2  Pembahasan
4.2.1        Kambing
Pada praktikum kali ini yang kami amati adalah embrio kambing, yang mana organ-organ penyusunnya sudah sangat sempurna yang meliputi: mulut yang sudah bisa membuka, mata yang masih ditutupi oleh selaput, daun telinga berukuran 3,1cm, kulit yang masih licin yang nantinya akan membentuk rambut-ranbut, ekor, anus, plasenta, kaki depan dan belakang yang berukuran 11cm. Ukuran fetus pada kambing mencapai kurang lebih 19 cm, dan tipe plasentanya cotyledon, vili berkelompok, berupa bercak-bercak, diantara cholion terdapat lendir yang licin.  Fetus diselaputi oleh kantung-kantung yang menyelaputi embrio yang terdiri dari: kantung amnion, kantung yolk, kantung allantois, kantung chorion.
Tahap praimplantasi dimulai dari fertilisasi, pembelahan awal (cleavage), blastulasi hingga gastrulasi awal. Karena pada tahap ini diferensiasi sel belum berlanjut, apabila satu atau sekelompok sel rusak oleh gangguan agensia toksis masih memungkinkan bagi sel-sel sehat di sekitarnya membelah dan menggantikan posisi dan peran sel rusak tadi. Dengan demikian embrio pulih dan perkembangan dapat berlanjut tanpa ada efek gangguan yang menetap. Sebaliknya apabila embrio tidak dapat mentoleransi kerusakan itu maka embrio tidak dapat melanjutkan perkembangannya dan mati. Maka dari itu efek gangguan agensia toksis pada embrio pada tahap praimplantasi tidak akan menyebabkan kelainan perkembangan (Ngatidjan, 1991).
Menurut Partodiharjo (1992) Implantasi terjadi apabila embrio telah bertautan dengan endometrium sehingga tidak akan berubah tempatnya. Perkataan implantasi yang berarti tertanam, tampaknya cocok untuk spesies-spesies yang embrionya  tertanam dalam kelenjar endometrium. Pada bangsa hewan memamah biak, seperti kelinci, embrionya hanya bersentuhan dengan epitel endometrium. Pertautan terjadi karena trophoblast menjulurkan protein ke epitel endometrium. Seluruh tubuh embrio tetap di dalam lumen uterus. Jadi, sifat implantasinya sangat ngambang dan mudah terlepas. Karena sifatnya yang sangat ngambang ini, maka untuk hewan memamah biak, saat implantasi agak sukar dipastikan waktunya.





Gambar  Proses implantasi
(Marjono, 1992).

Berbeda dengan itu, apabila efek suatu agensia toksis menimpa embrio pada tahap organogenesis, yaitu ketika pembentukan organ-organ sedang giat-giatnya berlangsung, jadi perkembangan organ dapat terganggu dan mungkin akan terjadi kecacatan ketika waktu akan lahir (Ngatidjan, 1991).
Apabila efek agensia toksis menimpa embrio ketika sebagian besar organ-organ telah terbentuk (pada tahap ini embrio disebut fetus atau fetogenesis) dan fetus tinggal melanjutkan pertumbuhan organ-organ itu, maka manifestasi gangguan seperti ini jarang terjadi adanya kecacatan melainkan berupa hambatan pertubuhan dan gangguan fungsi. Dengan demikian terdapat 4 kelompok wujud gangguan perkembangan embrio, yaitu kematian, kecacatan, hambatan pertumbuhan dan gangguan fungsi (Ngatidjan, 1991).
Struktur plasenta dewasa berbentuk bundar  atau oval  insersi tali pusat atau tempat berhubungan dengan plasenta dapat di tengah (centralis), di samping (lateralis), atau di ujung tepi (marginalis) , di sisi ibu, tampak daerah yang agak menonjol disebut kotiledon yang diliputi selaput tipis desidua basalis  di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion) menuju tali pusat. Korion diliputi oleh amnion.
Adapun fungsi plasenta antara lain untuk Menjamin kehidupan dan pertumbuhan janin dengan baik. Memberi nutrisi berupa bahan makanan pada janin, sebagai alat untuk mensekskresikan  sisa-sisa metabolisme janin, sebagai tempat respirasi memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin, sebagai temapat Endokrin menghasilkan hormon-hormon antara lain: hCG, HPL, estrogen, progesteron dan sebagainya. Sebagai imunologi  yaitu  menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin sebagai Farmakologi yaitu menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan janin, yang diberikan melalui induknya, sebagai proteksi  yaitu barrier terhadap infeksi bakteri dan virus serta zat-zat yang bersifat racun tetapi akhir-akhir ini diragukan (Muchtaromah, 2009).
Segala kebutuhan embrio untuk perkembangannya diperoleh dari induk melalui plasenta. Pembentukan plasenta dimulai pada hari kehamilan ke 8,5. periode kehamilan mencit dan kelinci  umumnya berlangsung selama 19 hari (18-20 hari, tergantung galurnya) (Muchtarromah, 2009).

4.2.2        Kelinci
Pada praktikum kali ini yang kami amati adalah kelinci yang sedang bunting, akan tetapi setelah dilakukan pembedahan untuk mengetahui perkembangan embriologi kelinci ternyata berada dalam tahap blastula, dimana belum sampai membentuk organ, akan tetapi sudah melewati tingkat sel. Kelinci yang kami teliti berjenis kelamin betina karena pada perutnya kami menemukan uterus yang  betuknya bercabang-cabang (duplek), oleh kaena itu kelinci adalah jenis hewan yang dapat memiliki anak banyak,
Menurut Muchtarromah (2009), embrio pada umur 9 hari mempunyai cirri-ciri bakal kaki,yang  belum jelas baru merupakan pebengkakan, dan bakal-bakal indra belum kelihatan atau belum nampak lengkung veseral jelas. Kebuntingan pada hari ke-10 terdapat cirri-ciri yaitu tonjolan-tonjolan bakal hidung terpisah satu sama lain. Bakal kaki depan melebar dibagian distal dan bakal mata sudah nampak. Dan pada hari ke-11 tonjolan-tonjolan hidung sudah merapat, terbentuk lekuk nasal. Pada kaki depan sudah tampak pelekukan bakal cakar, kaki belakang masih melebar rata.

             
Gambar 4. Sistem reproduksi pada kelinci Lepus nigricollis) betina (kiri), jantan (Kanan)
(Boolotion,1979)

Sesuai dengan pernyataan Muchtaromah (2009), bahwa daur pembiakan kelinci terjadi 15 hari, sedangkan pada mencit dan tikus 5 hari, pada satu daur pembiakan terjadi perubahan histologis berkala pada sistem pembiakan, Daur estrus mengandung komponen daur ovarium dan daur uterus. Daur ini dikontrol oleh hormon reproduksi terutama: estrogen, progesteron dan gonadotropin.
Proses pembelahan Zigot dimulai pada pembelahan mitosis awal hingga beberapa kali. Sel-sel yang dihasilkan dari setiap pembelahan memiliki sel yang ukurannya lebih kecil dari ukuran induknya, disebut blastomer. Sesudah 3-4 kali pembelahan,  zigot masuk tingkat 6 sel: stadium morula (hari ke 3-4 pascafertilisasi).  Morula terdiri :
  inner cell mass: kumpulan sel sebelah dalam, tumbuh menjadi jaringan embrio-janin
  outer cell mass (lapisan sel di sebelah luar, yang akan tumbuh menjadi trofoblas sampai plasenta) (Saifuddin, dkk., 1999).
Menurut Rugh (1971), pembelahan sel yang pertama pada kelinci maupun mencit terjadi 24 jam (1 hari) setelah pembuahan. Pembelahan terjadi secara cepat di dalam oviduk dan berulang-ulang. Menjelang hari ke-2 setelah pembuahan embrio sudah berbentuk morula 16 sel. Bersamaan dengan pembelahan, embrio bergulir menuju uterus. Menjelang hari ke-3 kehamilan embrio telah masuk ke dalam uterus, tetapi masih berkelompok-kelompok. Pada akhirnya embrio akan menyebar di sepanjang kandungan dengan jarak yang memadai untuk implantasi dengan ruang yang cukup selama masa pertumbuhan.
Pada hari ke-5 sampai ke-6, di rongga sela-sela inner cell mass merembes cairan menembus zona pellucida, membentuk ruang antar sel. Ruang antar sel ini kemudian bersatu dan memenuhi sebagian besar massa zigot membentuk rongga blastokista. Inner cell mass tetap berkumpul di salah satu sisi, berbatasan dengan lapisan sel luar. Pada stadium ini zigot dalam stadium blastula atau pembentukan blastokista. Inner cell mass disebut sebagai embrioblas outer cell mass kemudian disebut sebagai trofoblas. Pada akhir minggu pertama (hari ke-5 sampai ke-7) zigot mencapai kavum uteri  Pada saat itu uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir di bawah pengaruh hormon progesteron dari korpus luteum aktif (Yatim,1995).
Blastulasi dimulai di dalam uterus, ketika morula sudah terdiri dari 32-64 sel. Di antara sel-sel morula terbentuk rongga yang disebut blastocoel. Kelompok sel-sel pada kutub animal disebut inner cell mass, yang mana akan berkembang menjadi embrio selanjutnya. Lapisan sel-sel tunggal yang mengelilingi blastocoel disebut trofoblas, yang mana akan berkembang menjadi selaput-selaput ekstraembrio. Blastula mencit dan marmot disebut blastokista. Blastokista ini berada bebas dalam cairan di lumen uterus sambil mempersiapkan diri untuk berimplantasi (Muchtarromah, 2009).
Blastulasi dimulai di dalam uterus, ketika morula sudah terdiri dari 32-64 sel. Blastula mencit dan marmot disebut blastokista. Blastokista ini berada bebas dalam cairan di lumen uterus sambil mempersiapkan diri untuk berimplantasi (Muchtarromah, 2009).
Menurut Sperber (1991), tahap pembelahan (diakhir) akan terbentuk blastula. Blastula akan membentuk massa sel sebelah dalam (ICM) dan tropectoderm yang akan berkembang menjadi plasenta. ICM akan berkembang menjadi hipobals dan epiblas. Epibalas akan berkembang menjadi embrio sedangkan hipobalas akan berkembang menjadi selaput ekstra embrio.



Penentuan Stadium Embrio Secara Morfologi
Stadium
Umur (hari)
Ukuran tubuh (mm)
Ciri-ciri
14
9 2/3
2
-          Bakal kaki belum jelas, baru merupakan pembengkakan.
-          Bakal organ-organ indra belum nampak
-          Lengkunng veseral jelas
15
10 2/3
5-5,5
- Tonjolan-tonjolan bakal hidung (nasal processes) terpisah satu sama yang lain.
- Bakal kaki depan melebar di bagian distal.
-  Bakal mata sudah tampak
16
11 2/3
5-6
- Tonjolan-tonjolan hidung sudah merapat, terbentuk lekuk nasal
- Pada kaki depan sudah tampak pelekukan bakal cakar, kaki belakang masih melebar rata
17
12 1/2
7-7,5
- Daerah hidung dan maksila sudah bergabung.
-  Bakal misal sudah tampak.
- Bagian yang melebar pada bagian kaki depan sudah berjalur-jalur, kaki belang belum.
18
13 1/2
10,5-11,5
- Bakal kaki depan sudah terbentuk hanya belum terpisah.
- Bagian yang melebar pada kaki belakang berjalur-jalur.
-   Hernia umbilikus jelas.
Daun telinga terbentuk.
19
14 2/3
11-11,5
- Daun telinga melipat kedalam
- Jari-jari kaki depan sudah terpisah  dibagian dista, tetapi bagian pangkalnya dihubungkan satu sama lain oleh selaput.
- Folikel-folikel rambut tampak pada tubuh.
20
15 1/2
12,5-14
- Daun telinga hampir menutupi seluruh lubang
- Kaki depan dan belakng sudah berjari yang terpisah
- Folikel rambut lebih banyak
21
16 1/2
12-15
- Daun telinga menutupi seluruh lubang
- Kelopak mata muali tertutup
- Hernia umbilikus sudah menyusut
22
17
16-19,5
- Kelopak mata menutup
- Jari-jari hampir sejajar satu sama sain
- Kerutan-kerutan tampak pada kulit tubuh
23
18 1/2
18-23
- Kerutan-kuratan kulit tampak pula didaerah kepala dan pangkal kaki
- Jari-jari sejajar
24
19 1/2
24-28
- Kedua kaki depan merunduk ke muka dekat ujung ekor
- Sumbu kepala sejajar dengan kaki belakang. (embrio mungkin sudah dilahirkan



















BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa:
1)      Perkembangan embrio kelinci dan kambing  dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu tahap praimplantasi, tahap organogenesis dan tahap fetogenesis.
2)      tahap-tahap perkembangan embrio diawali dengan proses peleburan antara sel sperma dan sel telur.
3)      Dari peleburan tersebut kemudian terbentuk zigot yang terus membelah dari blastula hingga  ke grastula
4)      segmentasi pertama pada kelinci terjadi sekitar 24 jam setelah fertilisasi, pembelahan berlanjut selama 2-3 hari
5)      Blastulasi dimulai di uterus, ketika morula sudah terdiri dari 32-64 sel., Blastomer akan terimplantasi pada hari ke-4 kehamilan dan berakhir pada hari ke-6 kehamilan, dan kemudian diikuti dengan proses gastrulasi.
6)      Akhir tahap perkembangan adalah proses pembentukan organ dari lapisan ektoderm, mesoderm, endoderm dan derivat-derivatnya.
7)      Kehamilan kelinci dan kambing pada hari ke-4,5 blastokista mulai berimplantasi dalam endometrium uterus.
8)      Fungsi plasenta pada embrio adalah untuk menyediakan nutrisi dan makanan bagi janin dan juga untuk mensekresikan sisa-sisa metabolisme pada embrio.

5.2  Saran
Semoga praktikum yang kami lakukan membawa manfaat dalam kehidupan kita baik pada masa pembelajaran sampek kelak, dan membawa banyak manfaat bagi orang lain.




DAFTAR PUSTAKA

Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar; Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko. Jakarta: Universitas Indonesia.

Marjono, Budi. 1992.
http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklob6.html. Diakses pada tanggal 06 Juni 2009 pukul 06.00 WIB.

Muchtarromah, Bayyinatul. 2009. Struktur Pertumbuhan Hewan II. Malang: Universitas Islam Negeri Malang.

Muchtaromah,bayyinatul.2009. Pembelahan. Malang. Power point

Ngatidjan. 1991. Petunjuk Laboratorium, Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Yogyakarta: UGM.

Patodihardjo, Soebadi. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Rugh, R. 1971. A Guide to Vertebrate Development. USA: Burgess Publishing Co.

Sperber, G.H. 1991. Embriologi Kraniofacial. Jakarta: Hipokrates.

Toelihere, Mozes R. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung: Angkasa.

Villee, Claude A. 1988. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.

Yatim, Wildan. 1984. Embriologi. Bandung : Tarsito.