TUGAS IV
FUNGSI TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA DAN PENGAWET
Dosen Pengampu :
Drs. Sulisetjono, M.Si
Disusun Oleh :
KELOMPOK 9
Izzatul Muhimmah (10620111)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Makanan
berperan penting dalam kehidupan makhluk hidup, sebagai sumber
tenaga,pembangun, pengatur bahkan penyembuh sakit. Bahkan makanan harus
terjamin mutunya, paling tidak diproses secara alami, tanpa tambahan zat kimia,
sehingga baik untuk tubuh.Saat ini banyak ditemukan makanan yang mengandung zat
kimia, yang berpotensi toksik pada tubuh.Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah zat
yang ditambahkan pada makanan untuk memperbaiki tampilan makanan, misalnya
menjadi lebih awet, tampil lebih menarik dan berasa lebih mantap (Nurmaini,
2001).
Cermine Cl digunakan sebagai tambahan
makanan untuk pewarna makanan begitu juga dengan formalin sebagai bahan
tambahan makanan dalam makanan. Formalin merupakan zat kimia racun bila
tertelan akan menyebabkan iritasi lambung, mual muntah, mulas, mimisan,
kerusakan ginjal, radang paru-paru, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan
saraf, iritasi kulit, kebutaan, kerusakan organ reproduksi, bahkan kematian
(Hasyim dkk., 2006).
Makanan
yang baik adalah makanan yang tidak merugikan tubuh kita.Kulit manggis
merupakan pewarna alami yang baik untuk di konsumsi sebagai pewarna pada
makanan, tanpa berpengaruh negative bagi tubuh.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apasajakah
tanaman yang digunakan sebagai pewarna alami pada makanan?
2.
Apasajakah
tanaman yang digunakan sebagai pengawet alami pada makanan?
3.
Mengapa
harus menggunakan pewarna dan pengawet alami sebagai tambahan makanan?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
megetahui jenis tanaman sebagai pewarna alami pada makanan.
2.
Untuk
mengetahui jenis tanaman sebagai pengawet alami pada makanan.
3.
Untuk
mengetahui penggunaan pewarna dan pengawet alami sebagai tambahan makanan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
KUNYIT (Curcuma domestica L.)
A. Gambar
A. Gambar
(Cakmus, 2012)
B.
Sistematika Takson( Cakmus,2012):
Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom Tracheobionta
(Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divis Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas Commelinidae
Ordo Zingiberales
Famili Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus Curcuma
Spesies Curcuma domestica L.
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divis Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas Commelinidae
Ordo Zingiberales
Famili Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus Curcuma
Spesies Curcuma domestica L.
Sinonim :Curcuma longa
Val. Curcuma domestica Rumph. Curcuma longa Linn.
Famili
: Zingiberaceae
Nama
Lokal : Saffron ( Inggris), kurkuma ( Belanda ), Kunyit ( Indonesia), Kunir (
Jawa ), Koneng ( Sunda ), Konyet ( Madura ) ( Arisandi, 2002: 192).
C.
Deskripsi
:
Kunyit yang memunyai nama latin Curcuma domestica Val.
merupakan tanaman yang mudah diperbanyak dengan stek rimpang dengan ukuran
20-25 gram stek. Bibit rimpang harus cukup tua. Kunyit tumbuh dengan baik di
tanah yang tata pengairannya baik, curah hujan 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap
tahun dan di tempat yang sedikit terlindung. Tapi untuk menghasilkan rimpang
yang lebih besar diperlukan tempat yang lebih terbuka. Rimpang kunyit berwarna
kuning sampai kuning jingga. (Sumiati , 2004.)
Tanaman
kunyit ( Curcuma domestica Val.) adalah sejenis tanaman yang termasuk familia
Zingiberaceae, tempat tumbuhnya terutama di pulau Jawa(Kartasapoetra, 1996:60).
Termasuk
salah satu tanaman rempah dan obat,
habitat asli tanaman ini meliputi wilayah asia khususnya asia tenggara. Tanaman
ini kemudian mengalami persebaran ke daerah Indo-Malaysia,Indonesia,Australia
bahkan Afrika. Hampir setiap bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman
rempah ini. Baik sebagai pelengkap bumbu masak,jamu atau untuk menjaga
kesehatan dan kecantikan (Arisandi, 2008: 192).
Tanaman
kunyit tumbuh bercabang dengan ketinggian 40-100 cm. Batang merupakan batang
semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan
tersusun dari pelepah daun ( agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (
lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12.5 cm dan pertulangan menyirip
dengan warna hijau pucat. Berbunga
majemuk, berambut, dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan
mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1.5 cm, serta berwrna putih/ kekuningan. Ujung
dan pangkal daun runcing serta tepi daun rata. Kulit luar rimpang berwarna
jingga kecoklatan dan daging buah merah jingga kekuning-kuningan ( Johani,
2002:14).
Menurut
Steenis ( 2006), tanaman yang termasuk family Zingiberaceae ini merupakan
tanaman herba menahun dengan akar rimpang. Batang tegak.Daun kerap kali jelas 2
baris dengan pelepah yang memeluk batang dan lidah diantara batas pelepah dan
helain daun.Bunga zygomorph, berkelamin 2.Kelopak berbentuk tabung dengan ujung
yang bertaju kerap kali terbelah serupa pelepah.Daun mahkota 3, pada pangkalnya
melekat.Benang sari sempurna 1, penghubung benang sari kerap kali lebar, ruang
sari 2.Staminodia hampir selalu 3.Bakal buah tenggelam tenggelam, beruang 3
atau 1.Tangkai putik sangat langsing, dengan ujung terjepit di antara kedua
benang sari.Kepala sari melebar.Buah kotak kebanyakan berkatup 3, kadang-kadang
tidak pecah.
Menurut
Tjitrosoepomo ( 2005), rimpang ( rhizoma ) sesungguhnya adalah batang beserta
daunnya yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang dan tumbuh mendatar dan
dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan
suatu tumbuhan baru. Rimpang disamping digunakan sebagai alat perkembangbiakan
juga merupakan tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.
Akar
tinggal pada kunyit memiliki ciri-ciri yaitu berbentuk bulat atau jorong,
bergaris tengah ±5 cm, panjangnya sekitar 2 cm sampai 6 cm, lebar sekitar 1 cm
sampai 3 cm. Bagian tepi akar tersebut berkeriput, bagian luar bewarna coklat
muda kemerah-merahan ( Kartasapoetra, 1996:60).
D.
Manfaat :
Bagian
kunyit yang terpenting sebagai bahan obat adalah bagian akar tinggalnya, yang
mempunyai bau khas dan rasanya agak pahit.Sedang kandungan dalam akar
tinggalmnya yaitu zat kuning kurkumin, minyak atsiri, hidrat arang, dammar, gom
dan pati. Dengan dosis antara 8 gram sampai 12 gram bahan-bahan obat ini baik
digunakan untuk obat diare, karminativa, kolagoga, dan skabisida (
Kartasapoetra, 1996:60).
Kunyit
termasuk salah satu tanaman rempah dan obat. Hampir setiap orang Indonesia dan
India serta bangsa Asia umumnya mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai
pelengkap masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan ( Johani,
2002:14).
Kunyit
telah dikenal sebagai tanaman serbaguna. Selain digunakan untuk ramuan jamu,
rimpang atau umbi kunyit juga bermanfaat sebagai anti inflamasi ( paradangan ),
antioksidan, dan pembersih darah( Johani, 2002:15).
Kunyit
mengandung senyawa kimia yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang
terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan bisdesmetoksikurkumin dan zat- zat
manfaat lainnya Kandungan Zat : Kurkumin : R1 = R2 = OCH3 10 %
Demetoksikurkumin : R1 = OCH3, R2 = H 1 - 5 % Bisdemetoksikurkumin: R1 = R2 = H
sisanya Minyak asiri / Volatil oil (Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%,
Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil ) Lemak 1 -3 %,
Karbohidrat 3 %, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, Garam-garam Mineral
(Zat besi, fosfor, dan kalsium) sisanya( IPTEKnet,2005).
Kunyit
menurut Arisandi ( 2002), Kunyit dapat digunakan untuk mengobati diabetes
mellitus, tifus, usus buntu, disentri, sakit keputihan, haid tidak lancar,
perut mulas saat haid, memperlancar ASI, amandel, berak lender, morbili, dan
cangkrang ( Waterproken).
Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah
diketahui yaitu minyak atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen (meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone), zat warna
kuning yang disebut kurkuminoid
sebanyak 5% (meliputi kurkumin
50-60%, monodesmetoksikurkumin
dan bidesmetoksikurkumin),
protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan
komponen terbesar. Sering kadar total kurkuminoid
dihitung sebagai %
kurkumin, karena kandungan kurkumin
paling besar dibanding komponen kurkuminoid
lainnya. Karena alasan tersebut beberapa penelitian baik fitokimia
maupun farmakologi lebih ditekankan pada kurkumin.
(Sumiati
, 2004).
2.2 BLIMBING
WULUH(Averhoa bilimbi)
B.Sistematika
Takson( Cakmus,2012):
Kingdom
Plantae (tumbuhan)
Subkingdom Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio Magnoliophyta (berbunga)
Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas Rosidae
Ordo Geraniales
Familia Oxalidaceae (suku belimbing-belimbingan)
Genus Averrhoa
Spesies Averrhoa bilimbi L .
Subkingdom Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio Magnoliophyta (berbunga)
Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas Rosidae
Ordo Geraniales
Familia Oxalidaceae (suku belimbing-belimbingan)
Genus Averrhoa
Spesies Averrhoa bilimbi L .
C. Deskripsi:
Pohon
kecil, tinggi mencapai 10 m dengan batang yang tidak begitu besar, mempunyai
garis tengah sekitar 30 cm. Ditanam sebagai pohon buah, kadang tumbuh liar di
dataran rendah sampai 500 m – dpl. Pohon yang berasal dari Amerika Tropis ini
menghendaki tempat tumbuh yang tidak ternaungi namun cukup lembab.Blimbing
wuluh mempunyi batang kasar berbenjol-benjol, percabangan sedikit, arahnya
condong ke atas.Cabang muda berambut halus seperti bludru, warnanya coklat
muda.Daun berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan 21 – 45 pasang anak daun
yang bertangkai pendek, bentuknya bulat telur sampai jorong, ujung runcing,
pangkal membundar, tepi rata, panjang 2 – 10 cm, lebar 1 – 3 cm, warnanya hijau,
permukaan bawah hijau muda (Arisandi. 2008).
Menurut
Steenis (2006), tinggi tanaman ini yaitu antara 5 – 12 m. Tanda bekas daun
bentuk tonjolan. Anak daun bentuk bulat telur memanjang, meruncing, 1,5 – 9
kali 1 – 4,5 cm, ke arah ujung proses semakin besar, bawah hijau biru. Malai
bunga kebanyakan terkumpul rapat, panjangnya 1,5 – 7,5 cm. bunga sebagian
dengan benang sari pendek dan tangkai lk 4 mm. dan mahkota di tengah
bergandengan, bulat telur terbalik memanjang, dengan pangkal dan tepi pucat. 5
Benang sari yang di depan daun mahkota mereduksi menjadi staminodia. Buah buni
bulat memanjang, dengan 5 rusuk yang tajam, kuning muda, panjang 4 – 13 cm.
ditanam sebagai pohon buah, kadang-kadang menjadi liar.
Tinggi
5 – 10 cm. tanda bekas daun bentuk ginjal atau jantung.Anak daun bulat telur
atau memanjang, meruncing, 2 – 10 kali 1- 3 cm, ke arah ujung poros lebih
besar, bawah hijau muda. Malai bunga menggantung, panjang 5 – 20 cm. Bunga
semuanya dengan panjang tangkai putik yang sama. Kelopak panjang lk 6 mm. daun
mahkota tidak atau hampir bergandengan, bentuk spatel atau lanset, dengan
pangkal yang pucat. 5 Benang sari di depan daun mahkota mereduksi menjadi
staminodia. Buah buni persegi membulat tumpul, kuning hijau, panjang 4 – 6,5
cm. Tanah asal tidak dikenal. Ditanam sebagai pohon buah, kadang-kadang menjadi
liar.Belimbing, Ind, J, S, Md, Calingcing, S. Averhoa bilimbi L.
Perbungaan
tanaman ini berupa malai, berkelompok, keluar dari batang atau percabangan yang
besar.Bunga kecil-kecil berbentuk bintang warnanya ungu kemerahan. Buahnya buah
buni, bentuknya bulat lonjong persegi, panjang 4 – 6,5 cm, warnanya hijau
kekuningan. Bila masak berair banyak, rasanya asam.Biji bentuknya bulat telu,
gepeng (Arisandi. 2008).
D. Manfaat
Daun
belimbing wuluh berkhasiat untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri dan pembunuh
kuman serta dapat menurunkan kadar gula darah, bunganya juga dapat digunakan
sebagai obat batuk dan perasan air buah sangat baik untuk asupan vitamin C dan
di samping itu perasan buah juga dapat dipakai untuk keramas sebagai penghilang
antiketombe, atau digosokkan sebagai penghilang panu (Arland, 2006). Rasa asam
dan sejuk pada buah belimbing wuluh dapat menghilangkan sakit, memperbanyak
pengeluaran empedu, antiradang, peluruh kencing (Wijayakusuma, 2006).
Tanaman
belimbing wuluh, baik pada batang, buah dan daun, berdasarkan hasil pengujian
secara in vitro pada bakteri Escherichia coli (E. coli), Staphylococcus aureus
(S. aureus), Micrococcus luteus (M. luteus) dan Pseudomonas fluorescens (P.
fluorescens) menunjukkan potensi yang aktif sebagai antibakteri. Senyawa aktif
yang diduga yang terdapat pada tanaman belimbing wuluh yang bersifat sebagai
antibakteri antara lain, senyawa-senyawa metabolit skunder tannin, flavonoid,
alkaloid, tannin, terpenoid, saponin.
Tanaman
belimbing wuluh ini baik daun, buah bahkan batangnya mempunyai manfaat dan
khasia, batang belimbing wuluh (Faradisa, 2008) dan buah belimbing wuluh
(Latifah, 2008), daun belimbing wuluh (Ummah, 2010 dan Mukhlisoh, 2010) secara
laboratories mempunyai potensi sebagai antimikroba.
a.
Batang
Senyawa
saponin yang terdapat dalam batang Belimbing Wuluh di duga mempunyai potensi
sebagai antimikroba.Pada penelitian ini ekstraksi dengan metode ekstraksi
bertahap dilakukan sebanyak dua kali. Kadar ekstrak kasar saponin yang
diperoleh 0,35 % b/b. Ekstrak saponin dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.
aureus pada konsentrasi 200 mg/mL dan terus meningkat sampai pada konsentrasi
800 mg/mL. Akan tetapi efektivitas ekstrak saponin hasil isolasi sebagai
antimikroba terhadap S. aureus memberikan zona hambat yang lebih kecil
dibandingkan zona hambat antibiotik standar (pinisilin), jadi treatmen ekstrak
kasar saponin pada penelitian ini termasuk dalam kategori resisten dalam
menghambat pertumbuhan bakteri s. aureus. Zona hambatan terhadap E. coli
ditunjukkan pada konsentrasi 300 mg/mL.Pada konsentrasi 300 mg/mL dan terus
mengalami peningkatan zona hambat sampai konsentrasi 1000 mg/mL.Akan tetapi
efektivitas ekstrak saponin hasil isolasi memberikan zona hambat yang lebih kecil
dibandingkan zona hambat antibiotik standar (streptomycin), jadi treatmen
ektrak kasar saponin pada penelitian ini termasuk dalam kategori resisten dalam
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli (Faradisa, 2008).
B.Daun
Hasil uji aktifitas antibakteri daun belimbing wuluh dengan pelarut aseton :air (7:3) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menunjukkan bahwa pada konsentrasi 50 mg/ml sampai 400 mg/ml renyawa tanin memiliki aktivitas antibakteri untuk kedua bakteri uji, berdasarkan uji BNT 1 % untuk bakteri S.aureus diketahui konsentrasi ekstrak 150, 250, 300, 350, dan 400 mg/mL berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) di antara konsentrasi lain sedangkan untuk E. coli diketahui konsentrasi ekstrak 100, 150, 250, 300, 350, dan 400 mg/mL berpengaruh sangat nyata(p<0,01).(Hayati,2009).
Penelitian (Jannah dkk, 2010) menyebutkan bahwa, ekstrak aquades daun Belimbing Wuluh yang di ujikan secara invitro pada bakteri yang menyebabkan kebusukan pada ikan yaitu M. luteusdan P. Flurescens mempunyai potensi sebagai antibakteri. Uji aktivitas bakteri M. luteus diketahui zona hambat pada 0,1-0,8 mg/mL menunjukkan respon hambat,sedangkan konsentrasi 1 mg/mL menunjukkan respon bunuh terhadap pertumbuhan bakteri. Pada bakteri M. luteus diketahui respon hambat sedang, pada 0,1; 0,2; 0,4 mg/mL sedangkan konsentrasi 0,6 dan 0,8 mg/mL menunjukkan respon hambat pertumbuhan kuat. Pada bakteri P. fluorescens hanya memberikan respon hambat. Zona hambat pada 0,1; 0,2 mg/mL menunjukkan respon hambat pertumbuhan sedang. Pada 0,4 mg/mL menunjukkan respon hambat pertumbuhan kuat. Pada 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/mL menunjukkan respon hambat pertumbuhan sangat kuat. Senyawa aktif yang memberikan sifat antibakteri tersebut adalah senyawa tannin, karena tannin adalah senyawa polar dan dimungkinkan larut dalam pelarut air.
Hasil uji aktifitas antibakteri daun belimbing wuluh dengan pelarut aseton :air (7:3) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menunjukkan bahwa pada konsentrasi 50 mg/ml sampai 400 mg/ml renyawa tanin memiliki aktivitas antibakteri untuk kedua bakteri uji, berdasarkan uji BNT 1 % untuk bakteri S.aureus diketahui konsentrasi ekstrak 150, 250, 300, 350, dan 400 mg/mL berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) di antara konsentrasi lain sedangkan untuk E. coli diketahui konsentrasi ekstrak 100, 150, 250, 300, 350, dan 400 mg/mL berpengaruh sangat nyata(p<0,01).(Hayati,2009).
Penelitian (Jannah dkk, 2010) menyebutkan bahwa, ekstrak aquades daun Belimbing Wuluh yang di ujikan secara invitro pada bakteri yang menyebabkan kebusukan pada ikan yaitu M. luteusdan P. Flurescens mempunyai potensi sebagai antibakteri. Uji aktivitas bakteri M. luteus diketahui zona hambat pada 0,1-0,8 mg/mL menunjukkan respon hambat,sedangkan konsentrasi 1 mg/mL menunjukkan respon bunuh terhadap pertumbuhan bakteri. Pada bakteri M. luteus diketahui respon hambat sedang, pada 0,1; 0,2; 0,4 mg/mL sedangkan konsentrasi 0,6 dan 0,8 mg/mL menunjukkan respon hambat pertumbuhan kuat. Pada bakteri P. fluorescens hanya memberikan respon hambat. Zona hambat pada 0,1; 0,2 mg/mL menunjukkan respon hambat pertumbuhan sedang. Pada 0,4 mg/mL menunjukkan respon hambat pertumbuhan kuat. Pada 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/mL menunjukkan respon hambat pertumbuhan sangat kuat. Senyawa aktif yang memberikan sifat antibakteri tersebut adalah senyawa tannin, karena tannin adalah senyawa polar dan dimungkinkan larut dalam pelarut air.
c.Buah
Ekstrak etanol dari buah belimbing wuluh, menunjukkan uji positif pada pengujian flavonoid dan terpenoid. Senyawa flavonoid dan terpenoid diduga bersifat aktif sebagai antimikroba.Ekstrak kasar buah belimbing wuluh masih bersifat efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan E. coli, namun ekstrak etanol memberikan zona hambat yang lebih kecil jika dibandingkan dengan zona hambat antibiotik standar pinnisilin.diketahui konsentrasi ekstrak 300, 350, 400 dan 450 mg/mL berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) di antara konsentrasi lain (Latifah 2008).
Ekstrak etanol dari buah belimbing wuluh, menunjukkan uji positif pada pengujian flavonoid dan terpenoid. Senyawa flavonoid dan terpenoid diduga bersifat aktif sebagai antimikroba.Ekstrak kasar buah belimbing wuluh masih bersifat efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan E. coli, namun ekstrak etanol memberikan zona hambat yang lebih kecil jika dibandingkan dengan zona hambat antibiotik standar pinnisilin.diketahui konsentrasi ekstrak 300, 350, 400 dan 450 mg/mL berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) di antara konsentrasi lain (Latifah 2008).
2.3 MANGGIS
(Garcinia mangostana L.)
( Cakmus ,2012)
B. Sistematika
Takson( Cakmus,2012):
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Theales
Famili: Clusiaceae
Genus: Garcinia
Spesies: Garcinia mangostana L.
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Theales
Famili: Clusiaceae
Genus: Garcinia
Spesies: Garcinia mangostana L.
C.
Deskripsi
Manggis (Garcinia
mangostanaL.) adalah sejenis pohonhijau
abadi dari daerah tropika yang
diyakini berasal dari Kepulauan
Nusantara. Tumbuh hingga mencapai 7 sampai 25 meter.Buahnya juga disebut manggis, berwarna merah
keunguan ketika matang, meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna
merah.Buah manggis dalam perdagangan dikenal sebagai "ratu buah",
sebagai pasangan durian, si
"raja buah". Buah ini mengandung xanthone,Xanthone mempunyai aktivitas
antiinflamasi dan antioksidan. Sehingga di luar negeri buah manggis dikenal
sebagai buah yang memiliki kadar antioksidan tertinggi di dunia ( Makabori,
1999 ).
Dijelaskan bahwa tumbuhan yang bernama
latinGarcinia mangostana ini memiliki batang kayu keras. Cabangnya
teratur, berkulit coklat, dan bergetah.Buah bernama Latin
Garcinia mangostana L. ini termasuk famili Guttiferae dan merupakan spesies
terbaik dari genus Garcinia.Manggis termasuk buah eksotik yang sangat digemari
oleh konsumen, baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang lezat,
bentuk buah yang indah, dan tekstur daging buah yang putih halus.Tidak jarang
jika manggis mendapat julukan Queen of tropical fruit (Ratunya
Buah-buahTropik). Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari
hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, antara lain Indonesia. Dari
Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis
lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara. Di
Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti Manggu (Jawa
Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), Manggista (Sumatera
Barat) (Roni, 2004: 57-58).
Pohon manggis tinggi 6-12 m. Daun oval
memanjang, meruncing pendek.2 daun kelopak yang terluar hijau kuning, 2 yang
terdalam lebih kecil, bertepi merah, melengkung kuat, tumpul.Daun mahkota
bentuk telur terbalik, berdaging tebal, hijau kuning, tepi merah atau hamper
semua merah.Staminodia kerap kali dalam kelompok.Bakal buah beruang 4-8.Kepala
putik berjari-jari 4-8. Buah bentuk bola tertekan, garis tengah 3,5-7 cm, ungu
tua, deengan kepala putik duduk, besar dan kelopak tetap. Dinding buah tebal,
berdaging, ungu, dengan getah kuning. Biji 1-3, diselimuti oleh selaput
bijiyang tebal berair, putih, dapat dimakan (juga biji yang gagal tumbuh
sempurna) ( Steenis, 2006: 296).
D. Manfaat
Buah
manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat
sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir
dan luka.Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air
rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai
bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan ( Http://mbkendri.wordpress.com).
Buah
manggis dapat disajikan dalam benttk segar, sebagai buah kaleng, dibuat
sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir
dan luka.Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air
rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai
bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan (Http://www.naturindonesia.com)
Kulit buahnya mengandung senyawa
pektin, tanin, dan resin yang dimanfaatkan untuk menyamak kulit dan sebagai zat
pewarna hitam untuk makanan dan industri tekstil. Kulit buah manggis mengandung
flavan-3,4-diols, yang tergolong senyawa tanin, dan bisa digunakan sebagai
pewarna alami pada kain. Tanin termasuk salah satu zat pewarna alami yang
terdapat pada berbagai tumbuhan, termasuk kulit manggis, Untuk mendapatkan
pewarna kuning sampai coklat, yang sering digunakan pada batik tradisional,
dapat memanfaatkan kulit manggis yang kaya tanin tersebut.Kulit manggis bisa dimanfaatkan
sebagai pewarna alami dan bahan baku obat-obatan. Kulit ini
mengandung senyava xanton yang meliputi mangostin,
mangostenol, mangostinon A, mangostenon B, trapezifolixanthone, tovophyllin B,
alfamangostin, beta mangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoid epicatechin,
dan gartanin.Senyawa xanton hanya dihasilkan oleh genus Garcinia. Di luar
negeri kulit manggis sudah dimanfaatkan sebagai suplemen diet, antioksidan, dan
antikanker ( Husodo, 1999: 85-86).
2.4 MENGKUDU (Morinda
citrifolia L.)
B. Sistematika
Takson( Cakmus,2012):
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Rubiales
Famili: Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus: Morinda
Spesies: Morinda citrifolia L.
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Rubiales
Famili: Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus: Morinda
Spesies: Morinda citrifolia L.
C.
Deskripsi
Tanaman
ini tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian 1500 m. Tinggi pohon
mengkudu mencapai 3-8 m, memiliki bunga bongkol berwarna putih. Buahnya
merupakan buah majemuk, yang masih muda berwarna hijau mengkilap dan memiliki
totol-totol, dan ketika sudah tua berwarna putih dengan bintik-bintik hitam
(Bangun, 2002: 34).
Tumbuh liar di tepi pantai dan ditanam di seluruh
Nusantara.Tumbuhan ini dapat tumbuh pada lahan dengan ketinggian 1-1500 m dpl.:
Mengkudu (Morinda citrifolia) termasuk jenis kopi-kopian. Mengkudu dapat
tumbuh di dataran rendah sampai pada ketinggian tanah 1500 meter diatas
permukaan laut.Mengkudu merupakan tumbuhan asli dari Indonesi. Tumbuhan ini
mempunyai batang tidak terlalu besar dengan tinggi pohon 3-8 m. Daunnya
bersusun berhadapan, panjang daun 20-40 cm dan lebar 7-15 cm. Bunganya
berbentuk bungan bongkol yang kecil-kecil dan berwarna putih. Buahnya berwarna
hijau mengkilap dan berwujud buah buni berbentuk lonjong dengan variasi
trotol-trotol.Bijinya banyak dan kecil-kecil terdapat dalam daging buah. Pada
umumnya tumbuhan mengkudu berkembang biak secara liar di hutan-hutan atau
dipelihara orang pinggiran-pinggiran kebun rumah .
Pohon
mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m. batang bengkok-bengkok,
berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit
batang cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuniangan, berbelah dangkal,
tidak berbulu,anak cabangnya bersegai empat. Tajuknya suklalu hijau sepanjang
tahun.Kayu mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan.Bisa digunakan
untuk penopang tanaman lada.
Berdaun
tebal mengkilap.Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan.Ukuran daun
besar-besar, tebal, dan tunggal.Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17
cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek.Pangkal daun berbentuk pasak.Urat daun
menyirip.Warna hiaju mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran
0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar. Daun
mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi tinggi karena banyak
mengandung vitamin A .
Perbungaan
mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun
penumpu yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal.Bunganya berkelamin dua.
Mahkota bunga putih, berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm. Benang
sari tertancap di mulut mahkota. Kepala putik berputing dua.Bunga itu mekar
dari kelopak berbentuk seperti tandan. Bunganya putih, harum .
Kelopak
bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang
berdiameter 7,5-10 cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal
(segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna
hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan.Setelah matang, warnanya putih
transparan dan lunak.Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk
piramida, berwarna cokelat merah.Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak
mengandung air yang aromanya seperti keju busuk.Bau itu timbul karena
pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawa lipid atau lemak yang
gugusan molekulnya mudah menguap, menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang
berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak enak. Diduga kedua senyawa
ini bersifat aktif sebagai antibiotic .
Mengkudu termasuk jenis tanaman pohon
dan berbatang bengkok, ketinggian dapat mencapai 3-8 m. Daun tunggal dengan
ujung dan pangkal kebanyakan runcing. Buahnya termasuk buah bongkol,
benjol-benjol tidak teratur,berdaging, jika masak daging buah berair. Buah
masak berwarna kuning kotoratau putih kekuning-kuningan dengan panjang 5-10 cm,
lebar 3-6 cm ( Suryowinoto,1997).
Perdu
atau pohan yang bengkok, 3-8 m tingginya.Kulit kekuningan. Daun penumpu bulat
telur, bertepi rata, hijau kekuningan, gundul, hingga 1,5 cm panjangnya,
dibawah karangan bunga selalu cukup tinggi dan tumbuh menjadi satu. Daun
kebanyakan bersilang berhadapan, bertangkai, bulat telur lebar hingga bentuk
elips, kebanyakan dengan ujung runcing, sisi atas hijau tua mengkilat, sama
seekali gundul. Bunga bongkol bertangkai, rapat, berbunga banyak,
diketiak.Bunga berbilang 5-6, berbau harum.Mahkota bentuk tabung bentuk
terompet, putih dalam lehernya berambut wol, taju sempit.Benang sari 5, tumbuh
jadi satu dengan tabung mahkota hingga tinggi, tangkai sari berambut wol.Bakal
buah pada ujungnya dengan kelopak yang tetap tinggal yang berwarna hijau
kekuningan. Tangkai buah 3-5 cm. Buah bongkol berbenjol-benjol tidak teratur, jika
masak berdaging dan berair, kuning kotor atau putih kuning, 5-10 cm panjangnya;
intinya keras seperti tulang, coklat merah, bentuk memanjang segitiga (Steenis,
2006: 388-389).
D.
Manfaat
Pemakaian formalin pada makanan sangat
tidak dianjurkan karena formalin mengandung zat formaldehid bersifat racun,
iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik dan bersifat mutagen, sehingga
perlu usaha untuk menemukan bahan pengawet dari bahan yang alami.Hasil beberapa
penelitian menunjukkan bahwa buah mengkudu mengandung senyawa antimikroba,
sehingga berpeluang dimanfaatkan sebagai pengawet alami. Ekstrak buah mengkudu
sebagai pengawet alami daging dan ikan segar. Bahwa uji in vitro menunjukkan
ekstrak etanol buah mengkudu mempunyai konsentrasi hambatan minimal sebesar
40%, sedangkan uji in vivo menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak optimal
tercapai pada konsentrasi 70% (Harborne, 1996: 77).
Zat nutrisi: secara keseluruhan mengkudu merupakan buah
makanan bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein,
viamin, dan mineral penting, tersedia dalm jumlah cukup pada buah dan daun
mengkudu.Selenium, salah satu mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan
antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam
mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin, lycine, sosium, caprylic
acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens, phenylalanine,
magnesium, dll. Zat anti kanker.Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu
paling efektif melawan sel-sel abnormal (Bangun, 2002: 35).
2.5 LIDAH BUAYA ( Aloe
vera L.)
(Cakmus, 2012)
B.
Sistematika Takson( Cakmus,2012):
Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo Asparagales
FamiliAsphodelaceae
GenusAloe
SpesiesAloe vera L.
Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo Asparagales
FamiliAsphodelaceae
GenusAloe
SpesiesAloe vera L.
C.
Deskripsi
Lidah buaya (Aloe vera L.) tumbuh liar di tempat yang
berhawa panas.Tumbuhan liar di tempat yang berhawa panas atau ditanam di pot
dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias.Akar Akar tanaman Aloe Vera berupa
akar serabut yang pendek dan berada di permukaan tanah.Panjang akar berkisar
antara 50 – 100 cm. Untuk pertumbuhannya tanaman menghendaki tanah yang subur
dan gembur di bagian atasnya.
Pada
batangnya tidak kelihatan karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan
sebagian terbenam dalam tanah. Melalui batang ini akan muncul tunas-tunas yang
selanjutnya menjadikan anakan. Aloe Vera yang bertangkai panjang juga muncul
dari batang melalui celah-celah atau ketiak daun.Batang Aloe Vera juga dapat
disetek untuk perbanyakan tanaman. Peremajaan tanaman ini dilakukan dengan
memangkas habis daun dan batangnya, kemudian dari sisa tunggul batang ini akan
muncul tunas-tunas baru atau anakan. Bentuk daun agak runcing berbentuk taji, tebal, getas,
tepinya bergerigi/ berduri kecil, permukaan berbintik-bintik, panjang 15-36 cm,
lebar 2-6 cm, bunga bertangkai yang panjangnya 60-90 cm. Daun Daun tanaman Aloe Vera berbentuk pita
dengan helaian yang memanjang. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang,
berwarna hijau keabu-abuan, bersifaat sukulen (banyak mengandung air) dan
banyak mengandung getah atau lendir (gel) sebagai bahan baku obat. Tanaman
lidah buaya tahan terhadap kekeringan karena di dalam daun banyak tersimpan
cadangan air yang dapat dimanfaatkan pada waktu kekurangan air.Bentuk daunnya
menyerupai pedang dengan ujung meruncing, permukaan daun dilapisi lilin, dengan
duri lemas dipinggirnya. Panjang daun dapat mencapai 50 – 75 cm, dengan berat
0,5 kg – 1 kg, daun melingkar rapat di sekeliling batang bersaf-saf. Bunga
berwarna kuning kemerahan (jingga), Banyak di Afrika bagian Utara, Hindia Barat.
a. Batang Tanaman Aloe Vera berbatang pendek.
Bunga Aloe Vera berwarna kuning atau kemerahan berupa pipa yang
mengumpul, keluar dari ketiak daun.Bunga berukuran kecil, tersusun dalam
rangkaian berbentuk tandan, dan panjangnya bisa mencapai 1 meter.Bunga biasanya
muncul bila ditanam di pegunungan.
D. Manfaat
Khasiat lidah buaya sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan perawatan kulit, telah lama dikenal masyarakat Indonesia. Bahkan, lidah buaya juga dapat dikembangkan sebagai produk minuman segar. Potensi lidah buaya sangat baik untuk terus dikembangkan, salah satunya dengan pengembangan produk lidah buaya atau Aloe vera sebagai bahan pengawet alami. Kandungan enzim oksidase dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan dalam peningkatan daya simpan bahan pangan.
Potensi lidah buaya yang mengandung enzim
oksidase sebagai antioksidan merupakan hal yang dapat dikembangkan.Hal ini
menyiratkan bahwa tanaman lidah buaya berpotensi sebagai bahan pengawet alami
terhadap bahan pangan sehingga
Khasiat lidah buaya sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan perawatan kulit, telah lama dikenal masyarakat Indonesia. Bahkan, lidah buaya juga dapat dikembangkan sebagai produk minuman segar. Potensi lidah buaya sangat baik untuk terus dikembangkan, salah satunya dengan pengembangan produk lidah buaya atau Aloe vera sebagai bahan pengawet alami. Kandungan enzim oksidase dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan dalam peningkatan daya simpan bahan pangan.
dapat
meningkatkan daya simpan bahan pangan tersebut.Pengawetan sendiri bertujuan
untuk menghambat terjadinya pembusukan bahan pangan dan menjamin kualitas awal
bahan pangan agar tetap terjaga selama mungkin.Salah satu peranan bahan
pengawet adalah sebagai antioksidan. Sebagai antioksidan, zat-zat pengawet akan
menekan reaksi yang terjadi pada saat pangan berkontak dengan oksigen, sinar
panas dan beberapa logam sehingga dapat mencegah terjadinya kebusukan dan
munculnya noda-noda hitam pada produk pangan.
Buah-buahan
memiliki manfaat gizi yang sangat baik bagi tubuh, namun banyak buah memiliki
daya simpan yang cukup singkat sehingga menyebabkan buah tersebut cepat
membusuk.Pengawetan terhadap buah-buahan sangat sering dilakukan oleh
masyarakat.Namun, pengawetan dengan menggunakan bahan alami untuk menghindari
efek dari bahan kimia pengawet, masih sangat jarang dilakukan oleh masyarakat
luas.Peningkatan daya simpan dari buah-buahan melalui pengawet alami dapat
dikembangkan.Pengawetan dengan bahan alami menggunakan gel lidah buaya dapat
dijadikan perhatian oleh masyarakat luas mengingat adanya enzim oksidase
sebagai sifat antioksidan dalam gel lidah buaya. Gel lidah buaya (Aloe vera)
dikenal mempunyai efek untuk mengobati kulit yang terbakar dan mengalami
iritasi (Furnawanthi, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian para
ahli, tanaman lidah buaya kaya
akan kandungan zat-zat seperti: asam amino, mineral, vitamin, enzim, dan
beberapa zat lain sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Selain itu, menurut
Wahyono E dan Kusnandar (2002), lidah buaya
juga berkhasiat sebagai anti jamur, anti bakteri, anti inflamasi, dan dapat
membantu proses regenerasi sel. Di samping menurunkan kadar gula dalam darah
bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh
terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi bagi
penderita HIV/AIDS.
Dengan beragam manfaat yang
terkandung dalam lidah buaya, pemanfaatannya kurang optimal oleh masyarakat
yang hanya memanfaatkannya sebagai penyubur rambut.
2.2 DAUN SUJI (Dracaena angustifolia)
(Cakmus.
2012)
B. Sistematika Takson( Cakmus,2012):
·
Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo Asparagales
Famili Ruscaenaceae (Dracaenaceae)
Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo Asparagales
Famili Ruscaenaceae (Dracaenaceae)
Genus Dracaena
Spesies Dracaena angustifolia
Spesies Dracaena angustifolia
B.
Deskripsi
Suji (Dracaena angustifolia)
merupakan tumbuhan perdutahunan
. uji tumbuh tersebar dari India, Birma (Myanmar), Indo-Cina, Cina bagian
selatan, Thailand, Jawa, Filipina, Sulawesi, Maluku, New Guinea dan Australia
bagian utara. Suji tumbuh subur hingga ketinggian 1000 m dpl., dan menyukai
daerah pegunungan atau dekat aliran air (sumur, sungai kecil). Tanaman ini
sudah banyak ditanam di pekarangan rumah penduduk dengan potongan rimpangnya
atau ditanam sebagai pagar hidup, namun belum ditanam dalam skala besar atau
perkebunan.
Suji (Dracaena
angustifolia Roxb) merupakan perdu tegak atau pohon kecil dengan tinggi 6 - 8
m, sering bercabang banyak.Sistem perakaran berakar Tunggang, putih kotor.Batang tegak, berkayu,
beralur melintang, putih kotorDaun memita-melanset, menyempit di bawah dasar
pelepah, sangat meruncing; Pembungaan malai, bercabang, panjang lebih dari 75
cm. dan Daun : Tunggal.berseling, lanset.ujung meruncing, pangkal memeluk
batang, tepi rata, panjang 16-20 cm, lebar 3-4 cm, pertulangan sejajar, hijau
tua.
Bungakekuning-kuningan - putih. Buah membulat dengan 3 cuping, diameter 1,5-2,5 cm, jingga terang, 1-3 biji. Dan Bunga : Majemuk, di ujung cabang, bentuk tandan, putih keunguanBunga majemuk tersusun dalam karangan dengan mahkota bunga berwarna putih kekuningan, kadang-kadang dengan semburat ungu. Kultivar hias telah dikembangkan dengan daun variegata (loreng hijau kuning).Buah bulat, diameter ± 1 cm, hijau.Biji bulat, putih bening. C. C.Manfaat
Bungakekuning-kuningan - putih. Buah membulat dengan 3 cuping, diameter 1,5-2,5 cm, jingga terang, 1-3 biji. Dan Bunga : Majemuk, di ujung cabang, bentuk tandan, putih keunguanBunga majemuk tersusun dalam karangan dengan mahkota bunga berwarna putih kekuningan, kadang-kadang dengan semburat ungu. Kultivar hias telah dikembangkan dengan daun variegata (loreng hijau kuning).Buah bulat, diameter ± 1 cm, hijau.Biji bulat, putih bening. C. C.Manfaat
Daun suji (Pleomale angustifolia)
banyak digunakan sebagai bahan pewarna hijau pada makanan, kue-kue tradisional
dan minuman seperti untuk pewarna hijau pada es cendol.Selain memberikan
pewarna hijau, daun suji juga memberikan aroma harum yang khas.Selain berfungsi
sebagai bahan pewarna daun suji juga memiliki beberapa khasiat sebagai
obat.Buah untuk mengobati orang yang kurang nafsu makannya. Selain itu buah
dari daun suji berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan juga Pengobatan tradisional Asia Timur
mengenal rimpang dan akar suji sebagai sumber tonikum dan diduga berkhasiat
mengobati leukemia. Penggunaanya dengan cara langsung
memakan buah tersebut. Sedangkan pada daunnya berkhasiat untuk mengobati
sakit kepala. dekoksi dari akar tanaman
suji digunakan untuk mengatasi gonorhoe, daunnya digunakan sebagai obat luar
untuk mengatasi beri-beri dan getah daun digunakan untuk menebalkan rambut.
Daunnya juga digunakan untuk mewarnai minyak sayur dan menghijaukan makanan
serta getah daunnya digunakan sebagai zat warna untuk mengecat.pucuk yang
direbus dari tanaman Dracaena angustifolia dimakan sebagai sayuran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zat pewarna alami merupakan zat pewarna yang berasal dari
tanaman atau buah-buahan. Secara kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang
lebih banyak daripada zat pewarna sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan
yang sama. Pada kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada
tekstur dan aroma makanan. Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik
warna yang lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna
sintetis.Tanaman yang digunakan sebagai pewarna alami, seperti kunyit (Curcuma domestica L.), manggis (Garcinia
mangostana L.), dan daun suji (Dracaena angustifolia ).
Pengawetan
makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan
memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan
kimia makanan. Pengawet alami merupakan zat pengawet yang berasal dari tanaman
atau buah-buahan.Tanaman yang digunakan sebagai pengawet alami pada makanan,
seperti belimbing wuluh (Averhoa bilimbi), Mengkudu (Morinda
citrifolia L.), dan lidah buaya (Aloe vera L.).
Penggunaan
pewarna dan pengawet makanan alami membuat tubuh merasa aman dan bebas dari
berbagai penyakit.Makanan yang sehat adalah makanan yang tanpa mengandung zat
kimiawi melainkan makanan yang bersifat natural atau alami.
B. Saran
Untuk mengetahui kandungan tanaman
pewarna dan pengawet alami perlu di lakukan penelitian.
DAFTAR
PUSTAKA
Agoes,
Azwar. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika
Amnur. 2008. Cikal Bakal Averhoa
Bilimbi. (http://Averhoabilimi.blogspot.com) Diakses 4 April 2009.
Arisandi.Yohana. 2002. Khasiat
Tanaman Obat. Jakarta: Pustaka Buku Murah.
Bangun, A.P, dkk. 2002. Khasiat dan Manfaat Mengkudu. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara
Modern Menganlisa Tumbuhan.
Bandung: ITB Bandung
Hariana,
Arief. 2007. Tumbuhan Obat dan khasiatnya. Depok: Swadaya
Hasyim, dkk. 2006. Formalin Bukan Formalitas.
Jakarta: Buletin CP. Edisi Januari (83)
Hayati EK, Jannah A dan
Fasya AG. 2009.Aktivitas Antibakteri
Komponen Tanin Ekstrak Daun Blimbing Wuluh(Averrhoa Billimbi L) Sebagai
Pengawet Alami. Laporan Penelitian Kuantitatif Depag 2009. Jakarta: Depag
Husodo, T. 1999. Peluang Zat Pewarna Alami untuk
Pengembangan Produk
Industri
Kecil dan Menengah Kerajinan dan Batik.Yogyakarta: Genica
Jannah A, Hayati EK, Mukhlisoh W.
2010. Efektivitas Antibakteri Ekstrak
Akuades dan Ekstrak Tanin Pada Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L) secara In Vitro. Prosiding Seminar Nasional Kimia BahanAlam.Bandung:ITB
(Averrhoa bilimbi L) secara In Vitro. Prosiding Seminar Nasional Kimia BahanAlam.Bandung:ITB
Johani, Erman. 2008. Tanaman
Pakarangan. Bandung : Karya Kita
Kartasapoetra, G.1996. Budidaya
Tanaman Berkhasiat Obat : Meningkatkan Apotik Hidup dan Pendapatan Para
Keluarga Petani dan PKK. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Komandoko. 2008.
Aha! Aku Tahu Flora dan Fauna.
Jakarta: Indica
Makabori.S. 1999.Teknik Silvikultur Jenis-jenis
Tanaman Penghasil Warna Alam. Irian Jaya: Departemen Kehutanan.
Nurmaini.2001. Pencemaran Makanan
Secara Kimia dan Biologis.Sumatera: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Roni,
Kastaman. 2004. Pengantar Ekonomi Teknik untuk Pengembangan Kewirausahaan.
. Jakarta: Giratuna-Eloc UNPAD.
Steenis, Dkk. 2006.Flora untuk
Sekolah di Indonesia. Jakarta : Pradnya Paramitha.
Suyowinoto, S.M. 1997. Flora Eksotika Tanaman Peneduh.
Yogyakarta: Kanisius
Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi
Tumbuhan. Yogyakarta: UGM University Press
Ummah Mk. 2010. Ekstraksi Dan Pengujian Aktivitas Antibakteri Senyawa Tanin Pada Daun
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Malang: UIN Maliki Malang.
Http://www.naturindonesia.com/mengkudu/khasiat-mengkudu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar