LAPORAN PENGAMATAN
TUMBUHAN PAKU COBAN RONDO
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Tentang Tanaman Paku
Mata Kuliah Taksonomi Tumbuhan Tinggi
Dosen Pembimbing :
Drs. Sulisetijono
Ainun Nikmati
Laili, M.Si
Disusun oleh :
Kelompok 5 dan 6:
Kelompok 5: Kelompok
6:
Eva Lestari (10620078) Riftin Mazidah (10620106)
Ikke Lutfi Mailina (10620080) Ni’matur
Rochmah (10620109)
Lailatus Syafi’ah (10620089) Izzatul Muhimmah (10620111)
Luluk Lugiati S. (10620093)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
APRIL 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan paku (
Pteridophyta ) dapat digolongkan ke sebagai tumbuhan tingkat rendah karena
meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta memiliki sistem pembuluh
tetapi belum menghasilkan biji dan alat perkembangbiaknya yang utama adalah
spora. Tumbuhan paku meskipun telah memiliki akar, batang dan daun tetapi untuk
yang masih primitive daunnya masih sangat sederhana, belum mempunyai lamina dan
masih dinamakan mikrofil ( Sulisetijono,2011).
Tumbuhan ini benar-benar
telah berupa kormus, jadi telah jelas adanya akar, batang dan daun.Ada yang
hidup sebagai saprofit dan ada pula sebagi epifit.Paku menyukai tempat lembab
(higrofit), tumbuhnya mulai dari pantai (paku laut) sampai sekitar kawah-kawah
(paku kawah). Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di
air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna dengan rizoma yang menjalar di
tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan ukuran
yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung (seperti
gagang biola) dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku.Daun pakis hampir selalu
daun majemuk. Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga
membentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain(Firman,2009).
Tumbuhan paku
memiliki jumlah anggota yang banyak dan tersebar diseluruh dunia tidak
terkecuali di Indonesia. Indonesia memiliki berbagai jenis tumbuhan paku yang
tersebar di daerah-daerah di Indonesia,
jenis tumbuhan tersebut tergantung pada daerah dan keadaan habitatnya, sehingga
untuk mengetahui jenis tumbuhan paku dan ciri-cirinya berdasar tempat hidupnya
dilakukan pengamatan tumbuhan paku di salah satu daerah Jawa yaitu Malang
tepatnya di air terjun Coban Rondo Pujon kabupaten Malang. Diharapkan setelah
pengamatan tumbuhan paku di Coban Rondo mahasiawa mampu mengenal tumbuhan paku
dan dapat membedakannya.
1.2 Tujuan
Tujuan yang terdapat dalam laporan
pengamatan ini adalah:
Mengetahui ciri-ciri
beberapa tumbuhan paku yang ada di kawasan air terjun Coban Rondo Pujon
Kabupaten Malang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Semanggi ( Marsilea
crenata Presl)
(Eva Lestari Nim:
10620078)
Gambar
Gambar
foto sendiri Literatur
|
||||
|
2 2. Lokasi Pengamatan
Pengamatan
tumbuhan paku ini dilaksanakan di air terjun Coban Rondo yang terletak di desa
Pandesari kecamatan Pujon kabupaten Malang dan menurut administrasi pengelolaan
hutan Cobanrondo masuk wilayah KPH ( Kesatuan Pemangkuan Hutan ) Perum
Perhutani Malang. Coban Rondo merupakan tempat wisata air terjun yang pertama
kali digunakan sebagai objek wisata pada tahun 1980. Air Terjun ini memiliki
ketinggian yaitu 84 meter, ketinggian dari permukaan air laut yaitu 1.135
meter. Suhu rata-rata ± 220C dan curah hujan rata-rata mencapai 1721
mm pertahun. Sumber air di air terjun ini berasal dari sumber mata air Cemoro
Dudo. Debit air di air terjun pada musim hujan mencapai 150 liter/ detik dan
pada musim kemarau mencapai 90 liter/detik. Air terjun Coban Rondo ini juga
digunakan sebagai sumber PDAM dan digunakan
masyarakat kecamatan Pujon sebagai sumber air bersih.
Pengamatan
tanaman paku ini salah satunya menemukan tanaman paku air yaitu semanggi (
Marsilea crenata ) yang ditemukan di sekitar batu yang terletak di tepi
sungai. Keadaan tanah tempat semanggi ditemukan lembab.
3. Sistematika Takson
Sistematika
takson dari semanggi yaitu ( Cakmus, 2008):
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Pteridopsida
Ordo: Salviniales
Famili: Marsileaceae
Genus: Marsilea
Spesies: Marsilea crenata Presl
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Pteridopsida
Ordo: Salviniales
Famili: Marsileaceae
Genus: Marsilea
Spesies: Marsilea crenata Presl
Nama umum : Semanggi, Semanggen, Paku Tapak
Itik.
4. Deskripsi
4.1 Habitus
Semanggi
merupakan tanaman semak, menjalar, panjang ± 25 cm. Marga Marsilea ini merupakan tanaman paku
air, melpunyai struktur yang berbeda dengan paku jenis lainnya. Anggotanya
semuanya heterospor.Marga ini beranggotakan 50 jenis.Tumbuhan ini hidup di
lingkungan berlumpur, tanah lembab atau tempat berair.Daunnya terdiri dari 4
anak daun dan tahan terhadap kekeringan. Sporokarpnya yang berbentuk seperti
kacang merah akan tetap mampu tumbuh setelah penyimpanan kering selama 100
tahun. Biasanya semanggi dapat di temukan di sawah,selokan dan genangan air dangkal ( Sudarsono, 2005).
4.2 Rhizoma
Rhizoma pada Semanggi berupa akar dalam tanah jika
berada di darat terbentuklah seperti umbi. Akar semanggi berupa akar serabut,berwarna putih buram atau
abu-abu ( Tjitrosoepomo, 2009).
Setelah melakukan
pengamatan terhadap penampakan rhizome semanggi didapat bahwa rhizomanya berupa
akar serabut yang berada dalam tanah berwarna kecoklatan.
Anatomi
akarnya terdiri dari jaringan epidermis,
korteks, endodermis, dan jaringan pengangkut. Bentuk jaringan epidermis pada
akar cenderung tidak beraturan, yang disebabkan bentuk akar yang serabut.
Jaringan pengangkut tersusun atas floem yang mengelilingi xilem, dengan ukuran
xilem yang lebih besar(Sulistiono, 2009).
4.3 Stipe
Batangnya
menyerupai rimpang yang merayap ke atas berupa stolon membentuk daun-daun ke bawah akar-akar.
Batangnya lunak,dan berwarna hijau kecoklatan ( Tjitrosoepomo, 2009).
Pengamatan batang
semanggi yang ditemukan lunak, menjalar, dan ujung batang berwarna hijau muda
dan pangkal batang berwarna hijau kemerahan.
Secara histologi
batang terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan jaringan
pengangkut.Jaringan parenkim yang menyusun korteks pada batang banyak terdapat
pati (Sulistiono, 2009).
4.4 Fond
Daun bertangkai
panjang berdaun majemukdan tegak panjangnya mencapai 2-30 cm. Daun pada jenis-jenis tertentu bersifat
polimorf ( Tjitrosoepomo, 2009).
Bagian tangkai
terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan jaringan
pengangkut.Jaringan epidermis tersusun lebih rapih dibandingkan pada daun.Ruang
interseluler banyak terdapat pada tangkai.Rongga-rongga ini membut tangkai
dapat mengapung di permukaan.Jaringan pengangkut tersusun atas floem yang
mengelilingi xilem di tengah (Sulistiono, 2009).
4.5 Lamina
Anak daun menjari berbilang 4, tangkai daun panjang dan tegak, panjang 2-30
cm dan menyilang, berhadapan,
berbentuk baji bulat telur, gundul atau hampirgundul, dengan panjang 3-22 cm
dan lebar 2-18 cm, urat daun rapat berbentukkipas, pada air yang tidak dalam
muncul diatas air (Purwanti, 2011).
Setiap tangkai daun terdiri dari empat helai daun, yang berbentuk lonjong,memiliki tepi yang rata, ujungnya
melengkung ke dalam dan berpangkal runcing, panjang ± 2 cm,lebar ± 1 cm, dan warna daunnya hijau (Sulistiono,
2009).
Secara histologis
daunnya tersusun atas jaringan epidermis, palisade, bunga karang,parenkim,
dan jaringan pengangkut. Jaringan epidermis pada daun bentuknyacenderung tidak
beraturan dan terdiri dari satu lapis sel yang terletak di bagianterluar.
Jaringan epidermis terdapat di kedua sisi. Stomata ditemukan padaepidermis
atas. Jaringan pengangkut tersusun atas floem yangterletak di luarxilem dan
mengelilingi kedua sisinya(Sulistiono,
2009).
Komposisi kimia dari
daun dan tangkai semanggi meliputi kadar air, abu,protein, lemak, dan serat.
Kadar air pada saat segar sebesar 89,02% setelahdikukus berubah menjadi 87,92%.
Kadar abu pada saat segar 14,2% berubahmenjadi 4,38% setelah pengukusan. Kadar
protein sebesar 39,63% berubahmenjadi 26,74% setelah pengukusan. Kadar lemak
pada daun segar sebesar 2,62%berubah menjadi 2,48% setelah pengukusan.
Kandungan serat saat segar sebesar20,77% berubah menjadi 9,27% setelah proses
pengukusan.Seperti halnya kadar protein, air, abu, lemak dan serat, proses
pengukusan jugamengakibatkan perubahan kandungan vitamin daun dan tangkai
semanggi air.Kandungan Vitamin C daun dan tangkai semanggi air segar sebesar
66,58mg/100g berubah menjadi 55,29 mg/100g setelah proses pengukusan. β
karotendaun dan tangkai semanggi air segar sebesar 3,3 μg/g berubah menjadi
2,08 μg/g,sedangkan total karoten semanggi air segar sebesar 73,78 μg/g berubah
menjadi42,10 μg/g setelah proses pengukusan. Adapun untuk vitamin A, B, D, E, K
tidak terdeteksi pada semanggi air (Sulistiono,
2009).
4.6 Sori
Sporangium pada
pangkal tangkai daun, keluar sejumlah atau sepasang sporokarpium yang berbentuk
bangun ginjal, bulat atau jorong dengan dinding yang kuat.Di dalam sporangium
atau sporokarp terdapat banyak sorus yang mempunyai indusium dan di dalamnya
terdapat spora mikro dan makrosporangium. Sporokarp yang masak pecah dengan dua
katup ( Tjitrosoepomo, 2009).
Menurut
Sulistiono ( 2009), Sporocarpia terletak dekat pangkal
tangkai daun,dalam keadaan lepas atau berdiri sendiri,mempunyai kelopak dua, memilki panjang 3-5 cm, berbentuk lonjong,dan dapat
berwarna hijau atau ungu.
5. Manfaat
Semanggi (Marsilea
crenata), merupakan salah satu tumbuhan paku yang banyak dimanfaatkan
sebagai sayur(Sulistiono, 2009).
Marsilea crenata
Presl.yang dikenal oleh masyarakat sebagai semanggi masih belum banyak dikenal
sebagai tanaman obat, tetapi semanggiadalah tanaman yang memiliki khasiat sebagai peluruh air
seni. Kandungan yang terdapat dalam semanggi antara lain saponin dan polifenol
(Marlena,2004).
2.2 Asplenium
adiantum-ningrum
(Eva Lestari Nim:
10620078)
Gambar
2 Sistematika Takson
Sistem takson tanaman paku ini adalah ( ITB,2012):
Kerajaan Plantae
Divisi Pteridophyta
Kelas Filicopsida
Bangsa
Polypodiales
Suku Aspleniaceae
Marga
Asplenium
Jenis Asplenium
adiantum-ningrum
3 Lokasi Pengamatan
Pengamatan tumbuhan
paku ini dilaksanakan di air terjun Coban Rondo yang terletak di desa Pandesari
kecamatan Pujon kabupaten Malang dan menurut administrasi pengelolaan hutan
Cobanrondo masuk wilayah KPH ( Kesatuan Pemangkuan Hutan ) Perum Perhutani Malang.
Saat pengamatan tanaman
paku, Asplenium adiantum-ningrum ini ditemukan menempel atau epift pada
batu yang terletak di sekitar sungai dekat dengan pintu masuk ke air terjun
Coban Rondo.
Deskripsi
4.1 Habitus
Tanaman paku ini merupakan tanaman semak.
Pengamatan ini mendapat Asplenium
Adiantum-ningrum yang menempel atau epifit ke batu-batuan.
Spleenwort ini
memiliki tebal, pisau daun segitiga hingga 10 sentimeter panjang yang dibagi
menjadi segmen-segmen dibagi beberapa.Hal ini ditanggung pada tangkai daun
hijau kemerahan dan malai yang mengkilap dan sedikit berbulu.
4.2 Rhizoma
Pengamatan pada Asplenium
adiantum-ningrum didapat bahwa rizhom atau batang bawah tanah tidak ada
yang ada berupa akar serabut yang terbenam dalam tanah atau sebagai pelekat di
batuan jika menempel atau epifit di batu.
Menurut Steenis (2006), tumbuhan ini
memiliki akar rimpang yang pendek dan bersisik.
4.3 Stipe
Warga
Asplenium umumnya memilki stipe yang
pendek bahkan tidak terlihat. Menurut Steenis
pendek. Tetapi tangkai daun memiliki
ciri bewarna hijau kemerahan dan malai yang mengkilap dan sedikit berbulu.
1.1 Fond
Daun pada tanaman ini majemuk menyirip
tunggal.Sedangkan menurut Steenis (2006), warga Asplenium ini memiliki daun
tunggal, bertulang daun menyirip, tidak beruas dengan dengan akar rimpang,
rapat berjejal, setelah mengering menggantung lemah.
1.2 Lamina
Helaian daun
menurut Tjitrosoepomo (2009), tidak dapat lepas dari rimpang, menyirip, atau
menyirip ganda, urat-urat daun bebas atau bersambungan dengan tulang tepi.
1.3 Sori
Sisi bawah daun
setiap segmen memiliki satu atau lebih sori diatur dalam rantai, sedang menurut
Tjitrosoeomo (2009), sorus pada warga Asplenium terletak di samping pada
taju-taju daun serta memanjang dan memilkiki indusium.Sorus bangun garis atau
sempit memanjang, terletak di samping tulang cabang, serong atau hamper tegak
dengan ibu cabang.Indusium sesuai dengan sorusnya.
2. Manfaat
Warga pada tanaman ini
sering digunakan sebagai hiasan yang dapat ditempatkan di atas pohon, di pot atau dapat ditempel ke batuan.
2.3
Belvisia spicata
( Ikke Lutfi Mailina Nim : 10620080)
1.
Lokasi Dan Waktu
Pengamatan Belvisia spicata di laksanakan di Air terjun Coban rondo –Batu. Pada hari minggu 18 Maret 2012 pada pukul 08.00 pagi.
Tepatnya di sekeliling Air terjun coban rondo, karena di sekeliling
air terjun coban rondo terdapat hutan. Hutan disekeliling air terjun coban
rondo itu banyak di temukan tumbuhan paku. Dalam pengamatan tanaman paku ini
dilaksanakan oleh dua kelompok yang saling berkerja sama dan pada akhirnya menemukan 14 spesies
tumbuhan paku yang kemudian di bagi oleh banyak nya anggota dari dua kelompok
tersebut.
2.
Sistematika
Kingdom : plantae
Phylum : pteridophyta
Phylum : pteridophyta
Class : filicopsida
Sub class : polypodiidae
Order: polypodiales
Family
: polypodiaceae
Sub
family : pleopeltoideae
Spesies : Belvisia spicata
3.
Diskripsi
Habitus berupa tanaman herba, saat di temukan dalam keadaan epifit yakni menempel pada batang tanaman lain. Entalnya berbentuk lonjong dann agak panjang, sedangkang lamina nya berupa lembaran. Tangkai daunnya sangat kecil sekali dan pendek.
Habitus berupa tanaman herba, saat di temukan dalam keadaan epifit yakni menempel pada batang tanaman lain. Entalnya berbentuk lonjong dann agak panjang, sedangkang lamina nya berupa lembaran. Tangkai daunnya sangat kecil sekali dan pendek.
Anggota dari jenis ini berukuran kecil, dan ukuran medium. Pakis epiphytic dengan sepenuhnya. Membatasi daun palem yang tegas merupakan paku yang subur dan tumbuhnya diujung. Mereka jarang di tanam tetapi biasanya tumbuh di rumah kaca atau dalam wilayah tropis, sedang untuk di luar rumah biasanya di keranjang pot. (Hoshizaki,2009: 214)
Karakteristik yang
paling membedakan belvisia adalah daun- daun
sederhana dengan pembatas, sobekan subur seperti ekor. Rhizomanya pendek,
merambat panjang, tidak bercabang dan ditutupi oleh warna hitam dan coklat
kemerahan. Terdapat sori yang tersebar diatas permukaan yang lebih rendah
seperti di ujungnya. Pada umumnya secara keseluruhan yang ditutup oleh
sporangia pada atas permukaan yang lebih rendah kadang-kadang bagian dari
vegetativedengan konstruksi (Smitinand,1989:519)
System
reproduksi:
1. Spora
Menurut
Sulisetjono (2009) divisi pterophyta, generasi sporofitnya lebih dominan
dibandingkan dengan generasi gamet -ofitnya. Spora dihasilkan oleh sporangia
yang berkembang diatas maupun dibawah permukaan atau dapat pula di tepi
daun-daun yang melipat.Tidak semua daun fertile.Kumpulan dari sporangia disebut
sori, dan strukturnya disebut indusium.Sporangium terbentuk dalam jumlah yang
besar pada sisi bawah daun. Biasanya sporofil mempunyai bentuk yang sama dengan
daun-daun yang steril, hanya pada beberapa jenis saja sporofil berbeda dengan
trofofil. Pada dinding sporangium seringkali terdapat suatu cincin (anulus)
, yang berfungsi untuk mengeluarkan spora dewasa.
2. Gamet
Gametofit
atau protalia.Pada Polidiaceae berukuran kecil, datar, hijau, berbentuk
hati.Dengan akar pada permukaan bawahnya. Antheridia dan archegonia sama – sama
tumbuh pada prothalus. Antheridia dibentuk ketika prothallus sangat muda dan
disebarkan pada permukaan bawah, normalnya 32 sperma berkembang di setiap
antheridium (Mclean. 1952).
Fertilisasi
terjadi ketika terdapat air dan sperma berenang menuju archegonium.Menghasilkan zigot (diploid) dan berkembang
dengan cepat menjadi embrio sporofit yang terdiri atas, akar, batang dan
daun.Embrio berkembang langsung menjadi sporofit muda tanpa masa dorman
(Sulisetjono, 2009).
1. Rhizome-scales
concolorous, clatharate, bergigi pada garis tepi
2. Daun
palem yang atas lebar 2,5 cm, constricted pada dasar bagian apical yang subur
3. Rhizome-scales
oblong-ovate, atas panjang 2 mm, panjang stipes lebih dari 3 cm. daun palem secara berangsur-angsur membatasi bagian apikal yang subur dengan bagian yang
steril.
4. Rhizome-scales
bi-coloured, dengan bagian pusat yang gelap dan pucat ferrugineous bagian marginal tanpa gigi.
Rhizome yang merambat, sekitar 3 mm diam., daun
palem tegas melainkan lekat, bersisik; timbangan membatasi, secara berangsur-angsur
membatasi dari dasar ke arah long-attenuate puncak kulminasi, diatas 5 sampai 1
mm, paling luas pada bagian fundamental, warna coklat gelap, clathrate, bergigi
pada garis tepi. stipes pendek, tidak beda dari bagian midribs daun palem, sedikit
bersayap, castaneous gelap, yang bersisik pada dasar. daun palem
linear-lanceolate, secara berangsur-angsur membatasi ke arah akhir
kedua-duanya, menipis pada puncak kulminasi kedua-duanya dan mendasar,
keseluruhan atau suatu revoluted sedikit pada garis tepi, mulai 30 sampai 2,5
cm; subcoriaceous pembuluh yang susah kelihatan, secara berlimpah anastomosing;
bagian daun palem yang subur pada puncak kulminasi, pada umumnya constricted
pada simpangan dengan bagian steril, linier, mulai 7 sampai 0,3 cm, secara
keseluruhan yang ditutup oleh sporangia kecuali seluruh garis tepi yang
didaftar untuk melindungi sori yang muda (smitinand,1989: 520)
Manfaat dari belvisia yaitu sebagai tanaman hias (Piggot.1988)
2.3 Equisetum scirpoides
( Ikke Lutfi Mailina Nim : 10620080)
(Cakmus.2010)
2.
Lokasi Dan Waktu
Pengamatan
Equisetum scirpoides di laksanakan di
Air terjun Coban rondo –Batu. Pada hari minggu 18 Maret 2012 pada pukul 08.00
pagi.Tepatnya di sekeliling Air terjun coban rondo, karena di sekeliling air
terjun coban rondo terdapat hutan. Hutan disekeliling air terjun coban rondo
itu banyak di temukan tumbuhan paku. Dalam pengamatan tanaman paku ini
dilaksanakan oleh dua kelompok yang saling berkerja sama dan pada akhirnya menemukan 14 spesies
tumbuhan paku yang kemudian di bagi oleh banyak nya anggota dari dua kelompok
tersebut.
3.
Sistematika Takson
Kingdom: Plantae
(Tumbuhan)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Equisetopsida
Ordo: Equisetales
Famili: Eqisetaceae
Genus: Equisetum
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Equisetopsida
Ordo: Equisetales
Famili: Eqisetaceae
Genus: Equisetum
Spesies:Equisetum scirpoides
4.
Diskripsi
Paku Equisetum atau paku ekor kuda
merupakan anggota dari divisi Sphenophyta. Paku ekor kuda adalah garis
keturunan tumbuhan tak berbiji kuno lainnya yang beralih sampai ke radiasi
tumbuhan vaskuldr awal pada masa Devon. Kelompok tersebut mencapai masa
kejayaannya selam masa Karboniferus, Ketika banyak spesiesnya tumbuh hingga
setinggi 15 cm. Yang bertahan hidup dari divisi tumbuhan ini hanyalah sekitar
15 spesies dari genus tunggal yang tersebar sangat luas. Equisetum adalah yang
paling umum ditemukan di Bumi Belahan Utara. Kata Equisetum berasal dari
kata equus yang berarti kuda dan saeta yang berarti rambut tebal
dalam bahasa Latin. Sehingga tumbuhan yang termasuk genus ini disebut juga paku
ekor kuda. Spesies dari genus ini umumnya tumbuh di lingkungan yang basah
seperti kolam dangkal, daerah pinggiran sungai, atau daerah rawa (Campbell,
2003:165).
Menurut Stern (2003: 405) Eqiusetum
biasanya tumbuh dengan tinggi kurang dari 1,3 meter (4 kaki), tetapi pada
beberapa di daerah tropis dan pantai hutan tropis di California tingginya dapat
melebihi 4,6 meter (15 kaki). Terdapat cabang, mereka biasanya di tumbuh secara
berkala sepanjang mereka berhubungan dengan batang. Kedua cabang dan spesies
yang tidak bercabang memiliki daun yang sangat kecil (mikroskopis). Daun ini
melebur bersama di pangkalan mereka, membentuk leher. Warnanya hijau ketika
mereka pertama kali muncul, tapi mereka akan segera layu dan memutih, dan
hampir semua proses fotosintesis terjadi di batang.
Menurut Holttum (1959: 581)
menyatakan bahwa “marga Equisetum menuat kira-kira 25 jenis yang sebagiannya
hidup di darat dan sebagian hidup di rawa-rawa”.
Batang:
Tumbuhan ini mempunyai batang merayap dalam
tanah yaitu semacam rizom dengan cabang-cabang yang tegak, biasanya
bercabang-cabang yang tegak itu berumur satu tahun saja. Di dalam batang terdapat tiga macam saluran, yaitu (Dasuki,
1991: 170):
a.
Saluran pusat, merupakan saluran yang terletak di tengah- tengah batang. Tetapi pada batang yang masih
muda saluran ini belum terdapat
salurtan pusatnya, demikian juga pada batang yang
ada di dalam tanah.
b.
Saluran karnial, terletak di sebelah dalam dari ikatan pembuluh. Saluran ini merupakn lingkaran dan pada
tiap-tiap saluran letaknya
bertepatan denagn rigi-rigi pada permukaan batang.
c.
Saluran valekular, saluran ini letaknya di dalam korteks yaitu di sebelah luar dan berseling dengan saluran
karnial. Saluran pusat dan
karnial berfungsi untuk penyimpanan air, sedang saluran valekuler berfungsi untuk menyimpan udara. Pada
buku-buku batangnya terdapat karangan daun yang hanya menyerupai sisik saja.
Daun:
Daunnya meruncing pada bagian ujungnya dengan
satu berkas pengangkut yang kecil. Karangan daun kebawah berlekatan dengan
suatu sarung yang menyelubungi batang. Banyaknya daun tergantung dari pada
besarnya batang, tetapi karena daun-daun tersebut amat kecil maka yang
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis adalah batangnya yang
berwarna hijau. Cabang-cabang batang tidak keluar dari ketiak daun melainkan
keluar dari antara dun-daun. Ada jenis yang batangnya tidak bercabang dan baru
bercabang apabila ujungnya dihilangkan. Jenis yang mempunyai percabangan banyak
adalah jenis yang paling primitif, misalnya E.arvense, sebaliknya jenis
yang tidak bercabang dianggap jenis yang sudah agak maju (Dasuki, 1991: 171).
Akar:
Akar dari Equisetum sangat kecil dan halus
terdapat pada buku-buku dari rizome atau pada pangkal batang. Diantara anggota
Equisetum terdapat beberapa jenis yang mempunyai semacam umbi untuk menghadapi
kondisi yang buruk.
Sistem reproduksi pada Equisetum ialah
sporangiumnya terdapat pada sporangiosfor yang tidak lain adalah sporofil.
Karena pendeknya ruas-ruas pendukung sporofil maka rangkaian tersebut
menyerupai suatu kerucut di ujung batang. Sporofil atau sporangiosfor berbentuk
perisai dengan satu kaki di tengah dan beberapa sporangium (5-10) berbentuk
kantung pada sisi bawah. Spoeangium berasal dari sebuah sel pada permukaan,
karena pertumbuhan dari jaringan tengah sporangia terdesak ke bawah sehingga
akhirnya terdapat pada sisi bawah dan mengelilingi tangkai (Mader, 2001: 565).
Spora mempunyai dinding yang terdiri atas endo
dan eksosoprangium, dan disamping itu masih mempunyai perisporium yang
berlapis-lapis. Lapisan perisporium yang paling luar terdiri atas dua pita
sejajar yang dalam kdadaan basah lembalut spora. Pita itu ujungnya agak melebar
meperti lidah. Jika spora menjadi kering, pita itu terlepas dari gulungannya,
akan tetapi di tengah-tengahnya tetap melekat pada eksosporium. Dengan adanya
pita atau yang dinamakan kepala kaptera yang memperlihatkan gerakan higioskopik
itu (Dasuki, 1991:172).
Strobili biasanya panjangnya sekitar 2 sampai 4
cm (0,75 sampai 1,5 inci). Berbentuk heksagonal, seperti piring dovetailing
pada permukaan srobilus yang memberikan tampilan dari permukaan berbentuk
elips. Segi enam masing-masing menandai puncak sporangiospore yang memiliki
pemanjangan 5 sampai 10 sporangia yang saling terhubung. Batang dari
sporangiophores melekat pada poros tengah dari strobilus. Sporangia
mengelilingi tangkai sporangiophore dan berada titik ke dalam. sporangia ini
tersembunyi tidak terlihat sampai jatuh apabila sporangiophores terpisah
sedikit. Spora ini akan dilepaskan (Stern, 2003: 407).
Siklus hidup dari Equisetum terdiri dari tahap
sporofit dan gametofit. Pada tahap sporofit, tunas fertil yang didalamnya
terdapat strobilus dan si dalam strobilus terdapat kantung-kantung
sporangiospore yang nantinya akan mengeluarkan spora dari sporangium.
Selanjutnya terjadi tahap meiosis untuk memproduksi spora dan berkembang
menjadi Rhizoid. Pada Rhizoid nanti akan menghasilkan gamet jantan dan gamet
betina. Gamet jantan (sperm) dihasilkan oleh Antheridium, sedangkan gamet
betina (sel telur) dihasilkan oleh Archegonium. Pada tempat yang cocok keduanya
akan bersatu ( fertilisasi) dan tumbuh menjadi zigot yang merupakan gametofit
dan berkembang menjadi tunas yang vegetatif. Gambar dari silkus hidup Equisetum
ialah sebagai berikut :
Daun-daun paku laut yang dikeringkan dipergunakan sebagai atap
rumah. Pucuknya yang muda juga dimanfaatkan sebagai sayuran di beberapa daerah.
Daun-daun yang tua dan juga akarnya digunakan sebagai bahan obat tradisional.
Selain itu juga banyak digunakan sebagai tanaman hias (Mclean. 1952).
2.3 Davallia solida
( Lailatus
syafi’ah Nim: 10620089)
1. Gambar spesies
1.
Lokasi
Pengamatan tentang
paku kali ini dilaksakan di air terjun Coban Rondo. Air terjun Coban Rondo
menurut administrasi pemerintah terletak
di desa Pandesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Coban Rondo digunakan
pertama kali untuk obyek wisata pada tahun 1980. Air tejun berasal dari sumber
mata air Cemoro Dudo. Ketinggian air terjun sekitar 84 meter, ketinggian 1.135
M diatas permukaan air laut. Suhu rata-rata 22 C, curah hujan rata-rata 1721 mm
pertahun. Debit air terjun pada musim hujan sekitar 150 liter perdetik dan
debit air pada musim kemarau sekitar 90 liter perdetik.
2.
Sistematika takson:
Kingdom: Plantae
Division:
Pteridophyta
Class:
Filicinae
Order:
Davalliales
Family:
Polypodiceae
Genus:
Davallia
Spesies: Davallia solida (cak
mus, 2012)
Nama umum:
Indonesia: paku sepat atau paku kalici
3 3.Deskripsi:
Pada Pengamatan yang
dilakukan di air tejun Coban Rondo kali ini, mahasiswa banyak sekali menemukan
jenis tumbuhan paku diantaranya yang berasal dari family Polypodiceae yaitu Davallia solida dan Cheilanthes sp. Davallia yang
diamati mempunyai cirri-ciri hidupnya di daerah dataran rendah, batangnya kecil
tetapi keras, letak cabang berhadapan, termasuk daun majemuk menyirip ganda
dua, daun berbentuk segitiga dan kaku,
tepinya bergerigi, permukaan daun mengkilat. Terdapat sorus yang terletak di
tepi daun. Rimpangnya merayap dengan ruas panjang.
Suku
polypodiaceae habitatnya macam-macam sekali, daun tunggal atau majemuk dengaan
bentuk daan ukuran yang bermacam-macam pula. Tetapi yag banyak dijumpai ialah
susunan daun yang majemuk menyirip. Rizom merayap mempunyai ruas-ruas yang panjang,
jarang memperlihatkan batang yang nyata. Akar dan daun-daunnya sering kali
bersisik atau berambut. Kebanyakan daun fertile sama dengan daun steril, tetapi
juga dijumpai adanya dimorfisme. Sori bentuknya bermacam-macam. Letak sorus pada tepi atau dekat tepi daun, dapat pula pada
urat-urat, berbentuk garis, memanjang, bulat. Sporangium kadang-kadang sampai
menutupi seluruh permukaan bawah daun yang fertil. Sporangium bertangkai dengan
annulus vertikal, tidak sempurna; jika masak, pecah dengan celah melintang.
Indusium ada atau tidak, melekat pada satu sisi saja, kadang-kadang berbentuk
ginjal atau perisai dengan tepi rata atau bertoreh. Rimpang merayap atau
berdiri, mempunyai ruas-ruas yang panjang, jarang memperlihatkan batang yang
nyata. Daun bermacam-macam, tunggal atau majemuk, dengan urat-urat yang bebas
atau saling berdekatan. Akar dan daun seringkali bersisik (Sulisetjono, 2011:
188).
Habitat:
Davallia sp termasuk jenis
paku yang umumnya menumpang pada tumbuhan lain. Paku ini dapat pula tumbuh pada
tanah-tanah cadas, karang atau batu-batu.Biasanya banyak dijumpai tumbuh pada
batang jenis palem.Tumbuh bersama-sama dengan paku cecerenean, paku sarang
burung atau jenis-jenis paku lainnya.Penyebaran meliputi Asia tropika,
Polinesia dan Australia.Tumbuh pada dataran rendah terutama pada daerah-daerah
disekitar pantai (Imam. 2009).
Habitus
Davallia solida memiliki perawakan herba. Tumbuhnya merumpun
tetapi ukurannya kecil.
Ciri spesifik
Paku davallia solida mempunya ciri spesifik yaitu ciri-ciri yang
tidak di miliki oleh paku lain cirinya stolen yang berambut coklat kemerahan
merambat di pepohonan dan sori yang berupa cup di tepi daun , rimpangnya
kuat,dan ketika masih muda tertutupi oleh sisik, serta daunnya berbentuk
segitiga dan kaku, tepinya bergerigi, dan permukaanya mengkilat sehingga mudah
dilihat. Daunnya berwarna hijau muda sampai hijau tua daun menyirip ganda dua
atau lebih dengan urat-urat yang bebas.Rimpang merayap dengan ruas-ruas yang
panjang, bersisik rapat. Sisik berwarna pirang ( Tjitrosoepomo, 2009:279).
Stipe
Stipe berwarna coklat, dengan panjang sekitar
15 cm. mempunyai ukuran daun yang berbentuk sub delta dengan panjang dan
lebar kurang lebig 30 cm. daun mempunyai urat yang cukup jelas. Sori
bearda di bagian ahir veinlets, pada segmen pinggir. indusial berbentuk
cangkir, mempunyai panjang dua kali lebarnya dengan panjang mencapai15 cm
(Sudarsono, 2005).
Frond ( daun )
Daun berbentuk segitiga 60 – 100 kali 40 – 70,
seperti kulit, menyirip rangkap, tangkai 15 – 60 cm, anak daun bulat telur
memanjang, beringgit, bergerigi dengan urat-urat yang bebas. Helaian daun
berbentuk segitiga dan tepi yang bergerigi atau beringgit serta daun yang kaku.
Daun-daun ini kaku dan kuat. Permukaan daunnya licin mengkilat, sehingga mudah
sekali terlihat dengan jelas. Warna daun hijau sampai hijau tua (Mustofa, 2009).
Batang
Davallia solidamempuny`i batang yang berbentuk rimpang. Tangkai atau batangnya
berwarna coklat kehitaman taruntai halus dengan ukuran ± 0.2 cm dengan
percabangan monopodial.Rimpangnya merayap dan memperlihatkan batang yang
nyata.Spesiens ini merupakan epifit dan termasuk paku tanah yang isospor
Rimpangnya kuat, berdaging kuat, berdaging dan agak menjalar.Bila tumbuhan ini
masih muda, rimpang-rimpangnya ditutupi oleh sisik-sisik yang padat, warnanya
coklat terang.Bila tumbuhan ini masi muda rimpangnya ditutupi sisik-sisik padat
(Tjitrosoepomo, 2009).
Akar ( Rhizoma )
Davallia solida mempunyai ciri
rimpang panjang - merayap, berdiameter 6-12 mm. seluruh permukaanya bersisik.
Secara bertahap mengalami penyempitan menuju puncak dengan ukuran panjang 4-5
mm. Bagian apikal tipis, berwarna coklat muda, dengan sisik padat
sekitar 1 mm, caducous, pada bagian dasar berwarna coklat gelap hampir hitam.
Pada rimpang yang sudah tua mempunyai ukuran kurang lebih 3 mm (Mustofa,
2009).
Menurut Sastrapradja ( 1980 ) Davallia ini merupakan tumbuhan epifit yang memilki
nilai kerapatan relative terbesar diabanding tumbuhan paku lainnya yaitu 52,521
%. Banyaknya tumbuhan Davallia ini diebabkan Karena rhizome yang
dimiliki jenis ini panjang dan menjalar pada tumbuhan yang ditumpanginya.
Ental
Selain batang
dan daun, yang dapat dilihat secara nyata yaitu, tumbuhan ini mempunytai
entalpi.Entalpi berbentuk panjang dan berjumbai serta menyirip.Pada tangkai
entalpi ini berwarna coklat gelap dan mengkilap.Mempunyai indusial berbentuk
corong, Panjang dan lebarnya ± 1 mm. Smith (1793:157) menyebutnya dengan
indusial.Indusial ini berada pada bagian dasar dan berbentuk eperti
cagkir.Perbanyakan melalui rimpang.Secara seksual spora dapat digunakan untuk
memperbanyak diri.(Widhiastuti. 2006).
Spora
Davallia sp.memiliki sorus yang bulat atau memanjang, dimana sorus ini
terletak pada sisi bawah daun, atau disepanjang tepi daun, dan
terpisah-pisah. Indisium dari Davallia ini terdapat pada pangkal dan kanan kiri
spesies ini. Dimana indusium berlekatan pada permukaan daun
sehingga bentuknya kurang lebih seperti piala dan terbuka pada arah ketepi daun
(Mustofa, 2009).
SISTEM
REPRODUKSI
Tumbuhan
paku terdiri dari dua generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi
gametofit.Generasi sporofit dan generasi gametofit ini tumbuh bergantian dalam
siklus tumbuahan paku.Generasi sporofit adalah tumbuhan
Manfaat dari belvisia yaitu sebagai tanaman hia(2006), daun duduk
yang menghasilkan spora sedangkan generasi gametofit adalah
tumbuhan yang menghasilkan sel gamet (sel kelamin).Pada tumbuhan paku, sporofit
berukuran lebih besar dan generasi hidupnya lebih lama dibandingkan generasi
gametofit.Oleh karena itu, generasi sporofit tumbuhan paku disebut generasi
dominan.Generasi sporofit inilah yang umumnya kita lihat sebagai tumbuhan paku
(Tjitrosoepomo. 2009).
SIKLUS HIDUP
Davallia merupakan bentuk fase sporofit karena
menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus
(prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa
lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid
sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari
spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteridium
(antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan
arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak
memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium.
Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh
menjadi tumbuhan baru (Sudarsono, 2005).
1.
Manfaat
Davallia mempunyai bentuk yang cukup menarik sehingga
banyak diamnfaatkan sebagai tanaman hias, dapat digunakan sebagai unsur
pendukung dalam karangan bunga. Selain itu tumbuhan ini dapat ditanam
ditempat-tempat yang terlindung maupun tempat-tempat yang terbuka. Dalam suatu penelitian, telah diketahui bahwa tanaman ini
mengandung asam hidrosianik.
2.3
Pteris vittata
( Lailatus Syafi’ah Nim : 10620089)
1.
Gambar
(Cakmus.2012)
2.
Lokasi:
Lokasi penelitian paku Pteris vittata juga dilakukan di air
terjun Coban Rondo malang. Secara geografis letaknya sama dengan paku Davallia
solida di atas tadi.
3.
Sistematika
takson:
Kingdom Plantae
Devisi Pteridophyta
Class Filicopsida
Orders Polipodiales
Family Pteridaceae
Genus Pteris
Spesies
Pteris
vittata (cak mus, 2012)
1. Deskripsi
Tanaman
paku yang di ketahui pada saat pengamatan di Coban Rondo yaitu tanaman paku
dengan ciri-ciri memiliki perakaran serabut, dan perawakan dari
tanaman paku ini adalah herba, hidupnya di tanah, bentuk daunnya memanjang,
termasuk daun majemuk menyirip warnanya hijau tua, batangnya panjang pada
permukaanya terdapat rambut-rambut halus yang berwarna coklat. Sporanya
terdapat pada sepanjang daun, dengan seperti seperti ini maka paku yang di
temukan termasuk kedalam genus pteris dengan nama spesiesnya yaitu Pteris
vittata.
Ciri spesifik :Pteris sp.
termasuk dimorfisme yaitu, antara sporofil dan tropofil dalam satu individu
berbeda bentuk atau ukuranya. Daun tropofil adalah daun yang berfungsi untuk
proses fotosintesis sedangkan daun sporofil merupakan penghasil spora. akar
berwarna coklat dan memiliki ciri pada saat masih muda kuncup daunnya
menggulung.
Habitat
Pteris vittata termasuk
paku tanah yaitu paku-pakuan yang hidup
di tanah, tembok, dan tebing terjal. Kebanyakan jenis paku ini banyak tumbuh
pada batu-batu atau pada tebing sungai, yang menyukai kelembapan.Rimpangnya
menjalar pada pemukaan batuan dan akar-akarnya masuk ke celah-celah batu.
Tumbuh paku ini banyak ditemukan liar di bagian-bagian dari dunia, seperti
Amerika tropis, Asia tropis, India, Negeri China, Jepang, Barat Indies, Afrika
selatan, Australia Austria, Selandia Baru dan Eropa.
Habitus
Tumbuhan paku, hampir semunya berupa
herba atau agak berkayu.Akan tetapi ada pula yang berupa pohon, misalnya
anggota Cyatheaceae.Pteris vittata merupakan jenis herba.Daun tumbuhan paku
mempunyai bentuk khas yaitu berupa ental (frond).
Daun
Daunnya sporofil (daun fertile)
yaitu daun yang berfungsi menghasilkan spora.Biasanya hampir semua sporofil
berfungsi sebagai organ fotosintesis. Venansi tumbuhan paku ini bergulung atau
daun muda yang menggulung dan akan membuka jika telah dewasa. Pada umumnya daun
tumbuhan paku berwarna hijau.Bentuk daunnya mememanjang, tepinya rata, ujung
daunnya setengah meruncing, daunnya berhadapan bersilang, teksturnya selaput
berupa helaian, dan permukaan daunnya kasar.
Jenis daunPteris vittata
adalah lajemuk menyirip, tepi daunya halus atau tidak bergerigi, tepi daunnya
rata. Terdapat ental, pada kelompok paku-pakuan mempunyai bentuk yang khas yang
berbeda dengan daun tumbuh-tumbuhan lainya, sehingga biasa disebut ental
(frond). Bentuk daunya memanjang, berukuran ±3,5 cm, daun paku-pakuan sangat
bervariasi ukurannya dari yang berukuran beberapa milimeter (mm) sampai
berukuran centimeter (cm). Daun Pteris sp. tergolong anisofil yaitu daunya terdiri dari
dua ukuran yaitu yang satu lebih besar dari yang lainnya (Moertolo, 2004).
Warna daun pada Pteris
sp. adalah hijau tua, peruratan (vernasi) menyirip, ujung-ujungnya bergabung
dengan urat lain sehingga memperlihatkan garis yang dekat dengan tepi.
Tekstur daun adalah helaian atau seperti selaput (tekstur daun tumbuhan paku bervariasi seperti selaput atau helaian atau seperti selaput tebal atau kulit).Permukaan daunnya halus atau gundul. Tangkai daun berukuran ±28cm..
Tekstur daun adalah helaian atau seperti selaput (tekstur daun tumbuhan paku bervariasi seperti selaput atau helaian atau seperti selaput tebal atau kulit).Permukaan daunnya halus atau gundul. Tangkai daun berukuran ±28cm..
Batang
Semua batang paku-pakuan berupa
rimpang karena pada umumnya arah tumbuhnya menjalar atau memanjat, meskipun ada
yang tegak.Bentuk batang tumbuhan paku ini panjang, ramping, dan sirkuler
linier.Permukaannya kasar dan ditumbuhi rambut-rambut halus.Berwarana coklat
sampai coklat kehitaman dan bercabang.Mempunyai ramenta yang berbentuk lanset
atau bercabang seperti bintang. Ramentanya mudah lepas sehingga pada massa tua
tidak terdapat sama sekali.
Batang Pterisvittata berbentuk
bulat beralur secara longitudinal, beruas-ruas panjang dan kaku, permukaan pada
batangnya halus tetapi perlu diketahui bahwa batang paku-pakuan tidak selalu
halus, tetapi kadang-kadang dihiasi dengan bentukan seperti rambut atau sisik
berwarna hitam atau coklat, lapisan lilin dan sisa-sisa tangkai. Pada batangnya
tidak di terdapat rambut, ukuran batangnya biasanya sekitar ± 40 cm, dan diameternya adalah ± 25cm. Ukurang batang pada paku-pakuan
sangat bervariasi dari beberapa millimeter (mm) sampai beberapa centimeter
(cm), warna batang Pterisvittata hijau kecoklatan. Dan bentuk
percabangannya adalah percabangan
Akar
Pada umumnya akar paku-pakuan adalah
serabut yang bercabang-cabang secara dikotom, tetapi ada pula yang bercabang
monopodial atau tidak bercabang.Namun tidak semua paku-pakuan mempunyai akar,
misalnya pada bangsa Psilotales fungsi akarnya digantikan oleh rhizoid.Letak
akar Pteris
vittata yaitu pada pangkal rimpang yang tegak dan bentuk akarnya
tipis, kasar, dan warnanya coklat tua.
Spora
Sporangium umumnya dibentuk pada
permukaan bawah atau tepi daun fertile (sporofil), yang berwarna
coklat.Sorusnya dilindungi oleh indusium dengan bentuk ginjal dan dilindungi
oleh indisium palsu yaitu pelindung yang terjadi karena pelipatan tepi daun.Permukaan
bawah daun Pteris
vittata terdapat sori (bentuk tunggal dari sorus), setiap sori
berisi kelompok sporangia (penghasil spora). Sori tidak selalu dibagian bawah
daun paku yang mempertunjukkan sori, sori ini berisi suatu kelompok sporangia (
penghasil spora)
Siklus Hidup
Tumbuhan paku ini berkembang biak
dengan cara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan generative dimulai dengan
pembentukan spora yang dihasilkan oleh sporangium.Spora yang dihasilkan oleh
sporangium merupakan hasil meiosis meiospora. Jika spora tersebut jatuh di
tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh dan berkembang menjadi protalus
(protalium).
SISTEM REPRODUKSI
Sporofil
Susunan sporofil pada sporofit bervariasi, mulai dari yang tidak berkelompok sampai yang berkelompok. Sporofil yang berkelompok ada yang tersusun antara lain longgar dan tidak longgar.
Kumpulan sporangium (sorus) berada
pada bagian tepi bawah daun, sorus berwarna coklat dan terletak
berjejer.Sporangium merupakan kapsul yang berbentuk kanta dwicembung. Dinding
sporangium terdiri satu atau beberapa lapisan sel , kecuali pada bagian tepinya
terdapat suatu lapisan sel berdinding tebal yang mengelilingi sebagian kapsul
yang dinamakan anulus. Pada bagian ujung lingkaran terdapat satu kumpulan sel
yang pipih yang dikenali sebagai stomium. Apabila sporangium masak sel stomium
akan pecah dan membebaskan spora yang terdapat didalamnya. Sporangium pada Pterisvittata berbentuk seperti jantung atau agak bulat
atau oval. Indisiumnya berbentuk menyerupai cangkir.
Sorus merupakan satu untaian (nama
khasnya spika) seperti yang ditemui pada Ophioglossum, atau berbentuk garis
panjang seperti pada genus Pteris atau yang bulat seperti genus Phymatodes.
Kedudukan dan susunan sorus amat penting karena ia akan menentukan genus dan
spesis paku – pakis.
Pteris merupakan pakis homospor yang
mempunyai tipe gametofit yaitu tipe jantung, tipe gametofit ini yang paling
umum.Protaliumnya berbentuk pipih, alat kelamin (gametangium) terletak pada
permukaan ventral (bawah), arkegonium biasanya terletak didekat takik,
anteridium umumnya terletak di antara rizoid.
Tidak semua daun pada Pteris memiliki sorus (sori), daun paku yang memiliki sorus merupakan daun fertil yang disebut daun sporofil, jika daun sporofil (daun fertil) diletakkan di atas permukaan kertas polos, maka bentuk spora akan terlihat seperti serbuk bedak berwarna hitam, ciklat, kemerahan, kuning atau hijau tergantung jenis tumbuhan pakunya. Masing-masing spora akan tumbuh menjadi paku dewasa melalui proses yang kompleks, dan daun paku yang tidak memiliki sorus disebut daun steril.
Tidak semua daun pada Pteris memiliki sorus (sori), daun paku yang memiliki sorus merupakan daun fertil yang disebut daun sporofil, jika daun sporofil (daun fertil) diletakkan di atas permukaan kertas polos, maka bentuk spora akan terlihat seperti serbuk bedak berwarna hitam, ciklat, kemerahan, kuning atau hijau tergantung jenis tumbuhan pakunya. Masing-masing spora akan tumbuh menjadi paku dewasa melalui proses yang kompleks, dan daun paku yang tidak memiliki sorus disebut daun steril.
Biasanya hampir semua sporofil juga
berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis dan merupakan daun monomorfik,
berkumpul atau berdekatan, berukuran 1-20 dm.Sorus dilindungi oleh indusium
palsu yaitu pelindung yang terjadi karena pelipatan tepi daun.Sorinya tersebar
dipermukaan daunnya, sepanjang uratnya dan membentuk barisan yang tidak
tertutup.Pada jenis Pteris tertentu sorinya berwarna kuning emas, dan karena
hampir seluruh permukaan bawah tertutup oleh sori, maka warnannya menjadi
kuning emas.Warna dari sporanya bermacam-macam tergantung jenisnya diantaranya
yaitu cokelat, trilete, tetrahedral, rugate dan tuberculate, biasanya dengan tonjolan
yang mengarah ke pinggir.Sporangia intramarginal, sori biasanya saling bersinambungan
atau saling melekat satu sama lain kecuali pada segmen pinna atau puncak dan
sinus, terdapat paraphyses.
1. MANFAAT
Dari segi keindahan jenis ini cukup
berpotensi untuk tanaman hias.Pemeliharaannya pun tidak terlalu
sukar.Sebenarnya jenis ini berasal dari Amerika tropis, dan didatangkan untuk
tanaman hias.Jenis paku ini pun lebih banyak digunakan sebagai tanaman ground
cover apabila ditanam secara bergerombol, karena mempunyai perawakan yang kecil
dan pendek.
2.3 Adiantum hispidulum
( Luluk Lugiati Sholihah
Nim: 10620093)
2. Lokasi
Identifikasi
terhadap tumbuhan paku ini dilaksanakan di Coban Rondo. Pada hari Minggu,
tanggal 18 Maret 2012.
3. Sistematika
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Pteridaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum hispidulum
(Cakmus, 2012)
4. Deskripsi
Dari hasil pengamatan terhadap Adiantum
hispidulum dapat diketahui bahwa paku ini dapat ditemukan ditempa-tempat
yang lembab diantara batu-batuan. Habitus dari paku ini adalah perdu.Akar berupa rimpang
pendek mengelompok berwarna gelap. Stipe
halus, tanpa rambut, berbentuk bulat silindris dengan diameter ± 0,1
berwarna hitan gelap pnjangnya sekitar
15 cm. Percabangan dikotomis terbagi.Daun berbentuk bulat panjang yang sempit,
yang masing-masing terbagi lagi menjadi lebih kecil sekitar empat persegi
panjang, seperti berlian, atau berbentuk kipas. peruratanya jelas dan
teksturnya kasar. Daun berwarna hiaju tua dengan tepi berombak. Pada
masing-masing ental memiliki 1 hingga 20 sori yang berada dibawah permukaan
bawah daun sebalah pinggir. Sori berwana coklat tua.
Hasil ini sesuai dengan literatur, dalam jurnal botani dijelaskan
bahwa Rimpang pendek merayap, tertutup oleh sisik coklat tua; rootlets kurang
bulbils. Daun 5-70 cm, palmately atau dikotomus dibagi, segmen utama untuk
asimetris dan simetris sangat lama mengintai; segmen 5-13 mm, tangguh, pucat
sampai hijau tua; segmen utama dari daun puber atau jarang gundul; hitam Stipe,
gemuk, agak kasar untuk scabrous; Stipe dan rachises jarang berbulu. Sori
kecil, 1-20 per segmen, berdekatan bersama margin luar dan bagian atas. Spora
menjadi 32 per sporangium, coklat, garis besar dalam pandangan kutub segitiga
untuk cembung-segitiga; spora dibatalkan biasanya banyak, menyerpihkan halus
perine, longgar mengikuti exine (Large, 1993).
5. Manfaat
Adiantum hispidulum biasanya digunakan sebagai tanaman hias. Selain itu paku ini juga mengandung bhan organi yang baik untuk menjaga
kelembaban tanah. Dapat juga mencegah kekeringan (Latifah, 2004).
2.4 Nephrolepis falcata
( Luluk Lugiati
Sholihah Nim: 10620093)
2
Lokasi
Identifikasi terhadap tumbuhan paku ini dilaksanakan di Coban
Rondo. Pada hari Minggu, tanggal 18 Maret 2012.
1
Sistematika
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Pteridopsida
Sub Kelas: Polypoditae
Ordo: Polypodiales
Famili: Dryopteridaceae
Genus: Nephrolepis
Spesies: Nephrolepis falcata (Cakmus,2012).
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Pteridopsida
Sub Kelas: Polypoditae
Ordo: Polypodiales
Famili: Dryopteridaceae
Genus: Nephrolepis
Spesies: Nephrolepis falcata (Cakmus,2012).
2.
Deskripsi
Berdasarkan pengamatan terhadap Tanaman
paku dapat diketahui bahwa paku ini merupakan tanaman herba. stipes berbentuk bulat, silindris panjang
10-25 cm. Daun tunggal,menyirip yang luas berbentuk lanset panjang 35-120 cm dan 9-11 cm lebar
dan kemiringan ke arah atas tapi sedikit menuju pangkal. Daun berwarna hijau
dengan ujung meruncing, tepi daun bergerigi. Memiliki rimpang tegak pendek yang
ditutupi dengan sisik coklat tua, memproduksi stolons benang panjang dari
tanaman muda yang muncul sepanjang panjangnya. Sori, berbentuk bulat,
terletak di permukaan bawah dau.
Hasil pengamatan
ini sesuai dengan literatur. Dalam jurnal biologi dijelaskan bahwa Nephrolepis falcata (Cav.)
C.Chr. Enthal tunggal, tersusun menyirip, warna hijau; ujungruncing;
tepi bergerigi. Sori berbentuk bulat, berupa bintik-bintik kecil di tepi enthal,
terdapat dipermukaan bawah enthal (Aththorick,2007).
Umumnya hidup di tanah tetapi ada juga
yang hidup epifit. Disebut sebagai paku pedang karena entalnya memanjang
berbentuk pedang. Mudah beradaptasi karena bersifat epipit dan memiliki kumpang
yang tahan kering yang menjalar kemana-mana (Muspiroh,2010).
Tergolong kromofita sejati karena sudah
menyerupai tumbuhan tinggi. Batang berbentuik bulat, berwarna
kecoklatan.Memiliki akar serabut, memiliki akar yang dibawah permukaan tanah.
berfungsi menyerap air dan nutrisi dari tanah.Terdapat percabangan pada tulang
daun, pada ujung urat daun terdapat sporangium yng tertata dengan rapi
disepanjang tepi daun (Muspiroh,2010).
Sedangkan secara anatomi mengandung pigmen
klorofil untuk fotosintesis.Sorus merupakan kumpulan dari spora.Indusium adalah
suatu lapisan pelindung untuk melindungi sporangium terutama yang masih muda.
Spora adalah struktur pembiakan halus yang dihasilkan oleh paku – pakis. Spora
berbentuk bulat, menempel pada permukaan bawah daun. Silinder pusat terdiri
dari xilem dan floem. Fase sporofit menghasilkan spora haploid melalui
pembelahan meiosi. Spora tumbuh melalui bagian selnya menjadi gametofit.
Gametofit menghasilkan gamet melalui pembelahan mitosis (Prawiro,2007).
Manfaat
Nephrolepis falcata memiliki penggunaan
gizi di mana daun tersebut direbus dan dimakan sebagai sayuran dan akar
ditumbuk untuk tepung. Selain itu, beberapa bagian pakis dimanfaatkan sebagai
obat tradisional di daerah tertentu untuk pengobatan bisul, luka, luka dan luka. Tanaman penyerap paling efektif untuk formaldehid. Sebagai bahan
pembuat obat cacing. Dapat mengobati kanker perut (Muspiroh,2010).
2.3 Asplenium nidus
( Riftin Mazidah
Nim: 10620106)
1. Gambar:
2. Sistematika Takson
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Pteridopsida
Sub Kelas: Polypoditae
Ordo: Polypodiales
Famili: Aspleniaceae
Genus: Asplenium
Spesies: Asplenium nidus Linn. (http://www.plantamor.com)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Pteridopsida
Sub Kelas: Polypoditae
Ordo: Polypodiales
Famili: Aspleniaceae
Genus: Asplenium
Spesies: Asplenium nidus Linn. (http://www.plantamor.com)
3.
Deskripsi
Habitus :
Termasuk
tumbuhan herba.
Habitat:
Terestrial, paku epifit pada pohon
tinggi, Tumbuh tersebar di seluruh kawasan yang diamati mulai 1.060-1.240 m
dpl. Tumbuh epifit di batang pohon yang telah ditebang sampai di ranting pohon
besar. Secara umum tumbuhan ini banyak ditemukan baik di dataran rendah maupun
daerah pegunungan sampai ketinggian 2.500 m dpl., sering menumpang di batang
pohon tinggi, dan menyukai daerah yang agak lembab dan tahan terhadap sinar
matahari langsung. Tanaman ini tersebar di seluruh daerah tropis.Paku Sarang
Burung atau nama saintifiknya Asplenium nidus adalah spesies epifit yang
biasanya ditemui di kawasan tanah pamah, kawasan pergunungan dan kawasan hutan
sekunder. Bahagian tengah spesies ini mampu mengumpul daun-daun kering daripada
pokok sokongan melalui struktur berbentuk bakul dan mereputkannya untuk
mendapatkan nutrien dan bahagian ini juga menyerap air hujan dan menyimpannya
sehingga hujan yang seterusnya. Paku sarang burung merupakan jenis tumbuhan
paku populer sebagai tanaman hias halaman. Orang Sunda menyebutnya kadaka,
sementara dalam bahasa Jawa dikenal dengan kedakah. Penyebaran alaminya adalah
di sabuk tropis Dunia Lama (Afrika Timur, India tropis, Indocina, Malesia,
hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik.Di daerah Pasundan paku ini dikenal
dengan nama kadaka. Orang Jawa menyebutnya simbar merah, di Kalimantan disebut
lokot dan di Maluku disebut tato hukung. Di ujung Pandang oleh orang Bugis
menyebut bunga minta doa. Umumnya masyarakat menyebut paku sarang burungPakis
Sarang burung berasal dari Malaya, kini tersebar luas di seluruh daerah
tropika. Dapat tumbuh dari dataran rendah sampai ketinggian 2.500 m dpl. Orang
bugis mempercayai bila tanaman ini tumbuh subur bertanda kehidupan dalam
keluarga rukun dan makmur begitu pula sebaliknya bila merana mendapat kesulitan
(Sastrapraja, dkk. 1979). Asplenium nidus L. di Bali sering digunakan sebagai
tanaman hias untuk menata taman, merangkai bunga dan akarnya dicincang alus
dapat digunakan untuk media mencangkok tanaman (Darma, 2006). Di Taman Nasional
Laiwangi-Wanggameti Asplenium nidus. L tumbuh pada pohon-pohon yang besar
terutama pada pohon di tepi sungai.
Daun:
Daun tunggal tersusun pada batang sangat
pendek melingkar membentuk keranjang. Daun yang kecil berukuran panjang 7 -150
cm, lebar 3 – 30 cm. perlahan-lahan menyempit sampai bagian ujung. Ujung
meruncing atau membulat, tepi rata dengan permukaan yang berombak dan
mengkilat. Daun bagian bawah warnanya lebih pucat dengan garis-garis coklat
sepanjang anak tulang, daun bentuk lanset, tersusun melingkar, ujung meruncing,
warna daun bagian atas hijau terang, bagian bawah hijau pucat. Peruratan daun
menyirip tunggal. Warna helai daun hijau cerah, dan menguning bila terkena
cahaya matahari langsung..Tangkai daun kokoh, hitam, panjang sekitar 5 cm.
Tulang daun menonjol di permukaan atas daun, biasanya hampir rata ke bawah,
berwarna coklat tua pada daun tua. Urat daun bercabang tunggal, kadang
bercabang dua, cabang pertama dekat bagian tengah sampai ±0, 5 mm dari tepi
daun. Tekstur daun seperti kertas.Daun-daun terbentuk dari tengah pokok dan
kemudian bersusun-susun membentuk roset yang diselaputi sisik berwarna coklat
tua di pangkalnya.Paku ini mudah dikenal karena tajuknya yang besar, entalnya
dapat mencapai panjang 150cm dan lebar 20cm, menyerupai daun pisang. Peruratan
daun menyirip tunggal. Warna helai daun hijau cerah, dan menguning bila terkena
cahaya matahari langsung.Dikenal juga sebagai paku sarang burung.
Bentuk daunnya lebar secara visual serupa dengan daun pisang, panjangnya bisa
mencapai 50-150cm dan lebar 10-20 cm. Warna daun hijau muda, berkerut, dan
pelepah berwarna hitam.
Batang:
Rhizome yang pendek
ditutupi oleh sisik yang halus dan lebat, sisik berwarna coklat.
Akar:
Paku epifit dengan
akar rimpang kokoh, tegak, bagian ujung mendukung daun-daun yang tersusun
roset, di bagian bawahnya terdapat kumpulan akar yang besar dan rambut berwarna
coklat, bagian ujung ditutupi sisik-sisik sepanjang sampai 2 cm, berwarna
coklat hitam. Akar tumbuh di sepanjang batang pendek untuk mengukuhkan struktur
Paku Sarang Burung ini.
Sorus/sori:
Sorus terletak di
permukaan bawah daun, tersusun mengikuti venasi atau tulang daun, bentuk garis,
warna coklat tua. Sori sempit, terdapat di atas tiap urat daun dan
cabang-cabangnya mulai dari dekat bagian tengah daun sampai bagian tepi, hanya
sampai bagian tengah lebar daun. dengan sori tertutup semacam
kantung memanjang (biasa pada Aspleniaceae). Sorus berbentuk
garis, tersusun rapat di permukaan bawah daun fertil dekat ibu tulang daun,
berwarna coklat. Spora terletak di sisi
bawah helai, pada urat-urat daun, entalnya dapat mencapai
panjang 150cm dan lebar 20cm, menyerupai daun pisang. Ental-ental yang
mengering akan membentuk semacam “sarang” yang menumpang pada cabang-cabang
pohon. “Sarang” ini bersifat menyimpan air dan dapat ditumbuhi tumbuhan epifit
lainnya. . Spora terletak di sisi bawah helai, pada urat-urat daun, dengan sori
tertutup semacam kantung memanjang (biasa pada Aspleniaceae).
Siklus hidup:
4.
Manfaat:
Manfaat Obat
penyubur rambut (Boon, 1999), demam, sakit kepala (Departemen Kehutanan dan
Perkebunan, 2000), kontrasepsi, gigitan atau sengatan hewan berbisa
(Baltrushes, 2006). Daunnya ditumbuk dan dicampur dengan parutan kelapa
kemudian dioleskan pada rambut (Boon, 1999). Anti radang dan pelancar peredaran
darah.Jenis ini sudah umum untuk tanaman hias, selain itu juga dapat digunakan
sebagai obat tradisional seperti sebagai penyubur rambut, obat demam, obat
kontrasepsi, depuratif, dan sedative,obat.
bengkak; daun paku sarang burung
segar sebanyak segar sebanyak 15 gram, dicuci, ditumbuk halus dan ditambah
sedikit anggur kemudian diborehkan ke bagian yang sakit,obat luka memar: daun
paku sarang burung segar sebanyak 15 gram, dicuci dan direbus dengan 200 nil air
sanipai mendidih selama 15 menit, dinginkan dan saring. Hasil saringan diminum
sekaligus dan lakukan pengobatan sebanyak 2 kali sehari, pagi dan sore.
2.4 Cyathea cooperi
( Riftin Mazidah Nim: 10620106)
1.
Gambar:
(Cakmus.2012)
1. Sistematika Takson
Division: Pteridophyta
Order:
Cyatheales
Family: Cyatheaceae
Genus: Cyathea
Species: Cyathea cooperi (Braggins, 2004).
2.
Deskripsi:
Habitus:
Termasuk tumbuhan paku pohon.
Habitat:
Anggota
dari suku ini, banyak dijumpai didaerah tropika dan sub tropika. Cyathea cooperi
sering ditemukan tumbuh di Australia juga dan tampaknya diimpor ke negara itu.
Spesies ini tumbuh di kondisi pertumbuhan sangat basah di Selandia Baru
termasuk rawa dan Boggs. Ini biasanya tumbuh di sepanjang pantai Queensland dan
New South Wales di negara Australia. Pohon pakis bisa mencapai 30 kaki (hampir
10 meter) di habitat aslinya, tapi jarang terlihat dalam budidaya lebih besar
dari 8 (2,5 meter) kaki. Para daun dari Cyathea cooperi juga bisa menjadi 8
kaki (2,5 meter) tapi selalu akan lebih kecil bila ditanam dalam sebuah wadah.
C. cooperi membutuhkan tanah yang sangat baik dikeringkan dan dalam kebanyakan
kasus cahaya disaring cerah. Australia pohon juga dikenal sebagai Cyathea
cooperi, Cooper pohon pakis, pakis pohon bersisik dan berenda pohon pakis. Ini
adalah pilihan populer pemilik rumah sebagai tanaman hias. Meskipun asli
Australia, itu adalah ditemukan di seluruh dunia, khususnya di daerah tropis
dan subtropis. Bentuk mahkota yang dibentuk oleh susunan daun daun, memberikan
pohon menyenangkan. Hutan hujan dan selokan adalah habitat alami yang asli
untuk Australia pohon pakis. Oleh karena itu, iklim yang paling cocok untuk
Australia pohon pakis adalah lingkungan yang lembab. Bahkan kering iklim ini
cocok untuk pohon, asalkan tanah tetap basah sepanjang waktu. Mereka tidak bisa
mentolerir terlalu banyak sinar matahari dan karenanya harus ditempatkan di
daerah-daerah teduh atau sebagian berbayang. Pohon adalah cepat tumbuh dan
tanaman asli uproots pohon dengan membentuk tebal berdiri. Hal ini karena pohon
menyebar spora dengan kecepatan sangat cepat dengan bantuan dari angin dan
pohon-pohon tumbuh segera dalam seminggu atau lebih.
Daun:
Daun besar dan panjangnya dapat
sampai beberapa meter, biasanya berupa daun majemuk menyirip ganda. Merupakan paku tiang dengan bekas daun yang jelas di batang. Daun tersusun sebagai roset batang, menyirip
ganda (Bepinnate), daun yang masih muda
tegak atau serong, akhirnya mendatar dan
yang telah kering menggantung . Bentuk mahkota yang dibentuk oleh susunan daun
daun, memberikan pohon menyenangkan. Susunan spiral daunnya memberikan tampilan
yang elegan. Dedaunan pohon cemara di semua musim dan tidak mengubah di falls.
Batang:
Paku ini mempunyai batang yang kuat.
Tinggi batang dapat mencapai 15 meter dengan diameter antara 25-50 cm. Pohon
tumbuh hingga ketinggian hampir 15 kaki. Pohon memiliki tinggi satu batang yang
sekitar satu kaki dalam diameter. Pohon diliputi dengan pola bersisik oval
dipangkas. Mereka sebagian besar pakis terestrial, biasanya dengan batang
tinggi tunggal. Jarang, bagasi dapat bercabang atau merayap. Bagian tengah batang (anatomi batang )dikelilingi oleh bagian
yang berkayu, merupakan berkas-berkas
pengangkut yang dikelilingi oleh
lapisan-lapisan sklerenkim . Batang pada sebagian besar paku tidak terlihat
karena berada di dalam tanah dalam bentuk rimpang. Akan tetapi, ada pula yang
memiliki batang di permukaan tanah yang bercabang, seperti pada Cyathea.
Akar:
Banyak spesies juga
mengembangkan massa fibrosa akar di dasar bagasi. Akar pada paku bersifat seperti serabut yang ujungnya dilindungi
oleh kaliptra (tudung akar).
Sorus/sori:
Sori cangkir
berbentuk pada bagian bawah daun. Sorus mengandung banyak sporangium yang
terletak di bagian bawah daun, sorus bentuk bola. Indusium bisa ada atau tidak,
jika ada berbentuk bola, piala atau
mangkok. Sorus agak jauh dari tepi daun, yang muda diliputi oleh
indusium berbentuk bola,. Indusium akhirnya robek, hingga bentuk seperti piala
atau cawan, daun menyirip ganda. Spora ini tumbuh di bawah daun pohon.
Siklus hidup:
1. Manfaat:
Cyathea cooperi
adalah pilihan populer pemilik rumah sebagai tanaman hias. Pohon tumbuh hingga
ketinggian hampir 15 kaki dan digunakan sebagai indoor houseplant maupun outdoor
tanaman untuk berkebun.
2.3 Adiantum
sp.
( Ni’matur Rochmah Nim: 10620109)
1. Gambar
1. Sistematika Takson (Cakmus, 2012):
Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas Pteridopsida
Sub Kelas Polypoditae
Ordo Polypodiales
Famili Adiantaceae
Genus Adiantum
Spesies Adiantum sp.
Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas Pteridopsida
Sub Kelas Polypoditae
Ordo Polypodiales
Famili Adiantaceae
Genus Adiantum
Spesies Adiantum sp.
2. Lokasi
Pengamatan tumbuhan paku ini dilaksanakan
di air terjun Coban Rondo yang terletak di desa Pandesari kecamatan Pujon
kabupaten Malang dan menurut administrasi pengelolaan hutan Cobanrondo masuk
wilayah KPH ( Kesatuan Pemangkuan Hutan ) Perum Perhutani Malang. Coban Rondo
merupakan tempat wisata air terjun yang pertama kali digunakan sebagai objek
wisata pada tahun 1980. Air Terjun ini memiliki ketinggian yaitu 84 meter,
ketinggian dari permukaan air laut yaitu 1.135 meter. Suhu rata-rata ± 220C
dan curah hujan rata-rata mencapai 1721 mm pertahun. Sumber air di air terjun
ini berasal dari sumber mata air Cemoro Dudo.
3.
Deskripsi
Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam
genusAdiantum, familiAdiantaceae. Sebagai tumbuhan paku-pakuan, suplir tidak
menghasilkan bunga dalam daur
hidupnya. Perbanyakan generatif suplir dilakukan
dengan spora yang terletak pada
sisi bawah daun bagian tepi tanaman
yang sudah dewasa.
Genus Adiantum
memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis paku-pakuan lain. Daunnya
tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun
pada bagian tepi. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi
oleh indusium. Tangkai entalnya khas, berwarna
hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana
paku-pakuan lain, daun tumbuh dari rizoma dalam bentuk melingkar ke dalam (bahasa Jawa mlungker)
seperti tangkai biola (disebut circinate vernation) dan perlahan-lahan
membuka. Akarnya serabut dan tumbuh dari rizoma.
Adiantum Sp hidup di
tanah, hampir semua paku-pakuan adalah herba atau agak berkayu. Letak
akar tumbuhan paku bermacam-macam, pada Adiantum Sp akarnya serabut, tumbuh dari rizoma yang
pakalnya rimpang, tegak dan berwarna coklat. Semua batang paku-pakuan kerap
berupa rimpang karena umumnya arah tumbuhnya menjalau atau memanjat, bentuk
batangnya bulat panjang, permukaan batangya halus, ukuraya berdiameter 1 mm,
warna coklat dan percabangan monopodial.
Jenis daun pada Adiantum Sp ini adalah majemuk, tulang daunnya menyirip
atau sporofil (daun fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan
sporangium.Biasanya hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai organ untuk
fotosintesis.
Adiantum memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis
paku-pakuan lain. daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat.
Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian
tepi.Spora.terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indisium. Tangkai
entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika
dewasa. Sebagaimana paku-pakuan lain.
Daun paku-pakuan mempunyai bentuk yang khas yang bebeda dengan daun
tumbuh-tumbuhan lain sehingga biasa disebut ental.Ental pada Adiantum Sp bergulung
melingkar, dimana pinula (anak daun) terdapat sorus dan pinna (menyirip)
bergerigi, bentuk bangun memanjang, bentuk ujungnya tumpul dan tepinya bergerigi.
Pada beberapa paku-pakuan Adiantum Sp selain ciri-ciri umum juga mempunyai
cirri-ciri khusus, antara lain:
a.
Terdapat vernasi bergelung
b.
Tidak ada dimorfisme
c.
Tidak ada daun tereduksi
d.
Tidak ada daun sarang
e.
Tidak ada ligula
f.
Tidak ada daun daun penumpu (stipula)
Sporangium pada Adiantum Sp terletak dibawah permukaan daun (dipinggir)
teratur.Sorus berada dibawah permukaan daun letaknya tersebar atau teratur
dimana dalam satu daun terdapat 4-6 sorus.Warna sporangiumnya yang muda
berwarna putih dan yang tua berwarna coklat.Indisium yaitu membran penutup yang
merupakan perkembangan dari epidermis bawah daun.Pada daun Adiantum Sp bentuk
indisiumnya memanjang.
2.3 Asplenium
scandicinum
( Ni’matur Rochmah Nim: 10620109)
1. Gambar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar